Secara teoritis komunikasi nonverbal dapat
dipisahkan dari komunikasi verbal, namun dalam kenyataannya kedua komunikasi itu
jalin menjalin dalam komunikasi tatap muka sehari-hari. Seperti ketika
mengatakan iya atau benar maka secara otomatis kita akan mengangguk, baik itu
mengangguk setelah berkata tidak ataupun sebelumnya. Mark L Knapp mengemukakan
istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi diluar kata-kata terucap atau tertulis. Pada saat yang sama kita
harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan
melalui simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku
nonverbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat nonverbal. Mark L. Knapp, menyebut
lima fungsi pesan nonverbal dihubungkan dengan pesan verbal:
- Repetisi (repeating), yaitu mengulang kembali
gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan
penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
- Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang
verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan
persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
- Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi
makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi
teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
contoh lain, ”saya tidak marah” dengan suara yang keras dan muka merah dan
mata melotot.
- Complementing, yaitu melengkapi dan memperkaya
makna pesan nonverbal. Misalnya raut muka yang menunjukkan tingkat
penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata, mengunggkapkan
rasa sayang sambil memeluk dan mengelus-elus kepala.
- Aksentuasi/accenting/menekannkan, yaitu
menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, mengungkapkan
betapa jengkelnya, dengan memukul meja. Contoh lain ”saya tidak ingin
bertemu anda lagi” sambil memukuli meja saat mengatakan tidak ingin. Bisa
dilihat dari waktu
Tidak ada struktur yang
pasti, tetap, dan dapat diramalkan mengenai hubungan antara komunikasi verbal
dan nonverbal. Keduanya akan berlangsung spontan, serempak, dan non sekuensial.
Namun terdapat perbedaan pokok antara komunikasi verbal dan nonverbal.
- Sementara perilaku verbal adalah saluran tunggal,
perilaku nonverbal bersifat multisaluran. Maksud dari saluran tunggal
disini ialah kata-kata datang dari satu sumber misalnya kata-kata yang diucapkan,
kata-kata yang dibaca di media. Sedangkan isyarat nonverbal dapat dilihat,
didengar, dirasakan, dibaui, atau dicicipi dan beberapa isyarat boleh jadi
berlangsung secara simultan.
- Pesan verbal terpisah-pisah sedangkan pesan
nonverbal sinambung. Artinya orang dapat mengawali dan mengakhiri pesan
verbal kapanpun ia menghendakinya sedangkan pesan nonverbalnya tetap
“mengalir” sepanjang ada orang yang hadir di dekatnya.
- Komunikasi nonverbal mengandung lebih banyak
muatan emosional daripada komunikasi verbal. Sementara kata-kata umumnya
digunakan untuk menyampaikan fakta, pengetahuan, atau keadaan. Pesan
nonverbal lebih potensial untuk menyatakan perasaan seseorang, yang
terdalam sekalipun, seperti rasa sayang atau sedih.
Paul Ekman menyebutkan
lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku
mata, sebagai berikut:
- Emblem, gerakan mata tertentu merupakan
simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Seperti kerlingan
mata kepada seseorang yang dapat mengatakan “saya sedang menggoda anda”
- Ilustrator, pandangan kebawah dapat menunjukkan deperesi atau kesedihan
- Regulator, kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka
berarti ketidaksediaan berkomunikasi.
- Penyesuai, kedipan mata yang cepat meningkat ketika seseorang berada dalam
tekanan. Hal ini merupakan respon tubuh yang tidak disadari yang merupakan
upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
- Affect display, pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan
emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau
senang.
Lebih jauh lagi, dalam
hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi
sebagai berikut:
- Perilaku nonverbal dapat menggulangi perilaku
verbal, misalnya mengangguk ketika berkata iya, menggeleng ketika berkata
tidak menunjuk ketika mengarahkan ke sebuah tempat.
- Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku
verbal. Misalnya melabaikan tangan sambil mengucapkan “selamat jalan” atau
“bye bye”. Misalnya menggunakan gerakan tangan nada suara meninggi
atau suara melambat ketika berpidato di depan umum perilaku seperti inilah
yang disebut affect display.
- Perilaku nonverbal dapat mneggantikan perilaku
verbal, jadi berdiri sendiri. Misalnya menggoyangkan tangan dengan telapak
tangan mengarah kedepan, ini sebagai pengganti kata “tidak”. Isyarat
nonverbal yang menggantikan kata atau frase inilah ynag disebut emblem.
- Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku
verbal. Misalnya anda membereskan alat tulis atau buku-buku, atau melihat
jam tangan menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen menutup kuliahnya
- Perilaku nonverbal dapat membantah atau
bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya istri yang membeli perhiasan
baru dan ditunjukkan kepada suaminya lalu suaminya berkata “Bagus! Bagus!”
sambil melihat televisi atau dosen yang melihat jam tangannya terus
menerus sedangkan dia bilang dia memliki waktu untuk mahasiswanya.
Jika terdapat
pertentangan antara pesan verbal dan pesan nonverbal. Biasanya lebih dipercaya
pesan nonverbal, yang menunjukkan pesan sebenarnya, karena pesan nonverbal
lebih sulit dikendalikan daripada pesan verbal. Kita dapat mengendalikan
sedikit perilaku nonverbal, namun kebanyakan perilaku nonverbal berada diluar
kesadaran kita.
Pentingnya komunikasi
nonverbal kadang tidak kita sadari. Padahal komunikasi nonverbal mengambil
bagian 70% lebih banyak dari komunikasi verbal. Sebelum kesepakatan
bahasa sebagai komunikasi verbal. Komunikasi secara nonverbal telah berlangsung
terlebih dahulu. Saat ini secara tidak sadar komunikasi verbal telah mengalir
dalam komunikasi kita sehari-hari dalam berperilaku. Seperti ‘membaca’
kebohongan biasanya lebih terlihat dari komunikasi nonverbal yang dilakukan
seseorang.
Daftar Pustaka
Mulyana, D. (2008). Ilmu
Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar