Perspektif Historis
Orang yang pertama kali menulis tentang eksperimen mengenai memori adalah Hermann Ebbinghaus (1850-1909) dalam karyanya yang bertajuk On Memory (1885). Tetapi, sepertinya cukup mustahil beliau dapat memandang ke depan dan mengetahui dampak yang akan ditimbulkan sepanjang sejarah dari karya yang dibuatnya mengenai memori tersebut. Meskipun, filsuf pada zaman itu telah berspekulasi mengenai memori, tetapi belum ada satu alat ukur yang memadai, dan database mengenai eksperimen-eksperimen memori. Meskipun dengan sumber daya yang terbatas, Ebbinghaus memiliki suatu firasat bahwa sensasi, perasaan, dan ide-ide yang pada suatu waktu dimiliki seseorang secara sadar, tetap tersembunyi di suatu tempat dalam memori.
Orang yang pertama kali menulis tentang eksperimen mengenai memori adalah Hermann Ebbinghaus (1850-1909) dalam karyanya yang bertajuk On Memory (1885). Tetapi, sepertinya cukup mustahil beliau dapat memandang ke depan dan mengetahui dampak yang akan ditimbulkan sepanjang sejarah dari karya yang dibuatnya mengenai memori tersebut. Meskipun, filsuf pada zaman itu telah berspekulasi mengenai memori, tetapi belum ada satu alat ukur yang memadai, dan database mengenai eksperimen-eksperimen memori. Meskipun dengan sumber daya yang terbatas, Ebbinghaus memiliki suatu firasat bahwa sensasi, perasaan, dan ide-ide yang pada suatu waktu dimiliki seseorang secara sadar, tetap tersembunyi di suatu tempat dalam memori.
Zeitgeist dimana Ebbinghaus bekerja, lebih
menekankan bahwa memori dapat dipahami dengan mempelajari ide-ide yang telah
terbentuk sebelumnya, lalu setelah itu kita akan melangkah mundur untuk
menemukan sumber ide-ide tersebut. Ebbinghaus membalik itu, ia mampu menerapkan
kendali ilmiah atas variabel-variabel yang sebelumnya tidak dipisahkan dari
memori. Ebbinghaus bukan hanya pencetus teori dan pelaksana eksperimen,
melainkan ia juga satu-satunya subjek penelitian yang dapat ia gunakan, sehingga
ia menghadapi permasalahan untuk menemukan sesuatu yang dapat mengajarinya
hal-hal yang belum ia ketahui. Akhirnya, ia mencoba dengan mempraktikan kata
yang terdiri dari tiga huruf, konsonan-vokal-konsonan, seperti : ZAT, BOK, dan
lain-lain. Kata-kata seperti itu memang tampaknya akan dilupakan dengan mudah, dan memang
demikian yang terjadi. Ebbinghaus dengan rajin menghapalkan kata-kata yang
sudah dia buat selama beberapa interval waktu tertentu, dan hasilnya semakin
hari jumlah kata yang mampu ia ingat dari yang kemarin semakin menurun
jumlahnya.
Teori-teori Kelupaan
A. Kegagalan Penyandian (Failure
to Encode)
Suatu kondisi dimana informasi
tidak memasuki otak kita melalui reseptor-reseptor sensorik akibat pengaruh
sistem atensi. Akibatnya, gagal memasukkan materi informasi kedalam Long
Term Memory kita. Salah satu faktor yang mempengaruhi menurut Hukum
(Yerkes & Dodson, 1908) adalah tingkat arousal yang sangat
rendah atau sangat tinggi dapat menghambat kinerja memori dan proses-proses
kognitif yang lain.
B. Kegagalan Konsolidasi (Consolidation
Failure)
Hilangnya memori akibat gangguan
organik yang terjadi saat pembentukan jejak memori (memory trace), yang
berakibat pada terbentuknya memori-memori yang tidak sempurna, yang bagi
individu yang bersangkutan dirasakan sebagai “kelupaan”.
C. Amnesia
Terjadi akibat adanya masalah di otak. Biasanya disebabkan oleh penyakit, seperti alzheimer dan sindrom korsakoff, atau cedera traumatik di otak. Alzheimer disebabkan oleh molekul protein yang melekat secara berlebihan di glumatate, yang menghambat fungsi glumatate sebagai pengaktif proses-proses memori di otak (Hoe dkk., 2006). Sindrom korsakoff terjadi akibat dari defisiensi serius Vitamin B1. Para penderita sindrom ini seringkali tidak menyadari bahwa mereka memiliki masalah memori dan seringkali melakukan konfabulasi, yakni membentuk sendiri detail-detail yang hilang dan tidak mampu mereka ingat dari memori mereka. Amnesia retrograde adalah hilangnya memori mengenai peristiwa sebelum terjadinya cedera otak. Biasanya meliputi peristiwa-peristiwa lima sampai sepuluh menit sebelum cedera otak terjadi. Sedangkan amnesia anterograde adalah lenyapnya memori mengenai peristiwa yang terjadi setelah terjadinya cedera kepala.
Terjadi akibat adanya masalah di otak. Biasanya disebabkan oleh penyakit, seperti alzheimer dan sindrom korsakoff, atau cedera traumatik di otak. Alzheimer disebabkan oleh molekul protein yang melekat secara berlebihan di glumatate, yang menghambat fungsi glumatate sebagai pengaktif proses-proses memori di otak (Hoe dkk., 2006). Sindrom korsakoff terjadi akibat dari defisiensi serius Vitamin B1. Para penderita sindrom ini seringkali tidak menyadari bahwa mereka memiliki masalah memori dan seringkali melakukan konfabulasi, yakni membentuk sendiri detail-detail yang hilang dan tidak mampu mereka ingat dari memori mereka. Amnesia retrograde adalah hilangnya memori mengenai peristiwa sebelum terjadinya cedera otak. Biasanya meliputi peristiwa-peristiwa lima sampai sepuluh menit sebelum cedera otak terjadi. Sedangkan amnesia anterograde adalah lenyapnya memori mengenai peristiwa yang terjadi setelah terjadinya cedera kepala.
D. Decay
Memudarnya memori seiring
berlalunya waktu atau akibat jarang digunakannya memori tersebut.
E. Interferensi
Bercampur-baurnya memori yang
serupa. Terbagi atas dua, yaitu :
1. Interferensi Retroaktif, yaitu memori-memori baru menghambat pengambilan memori-memori lama
2. Interferensi Proaktif, yaitu memori-memori lama menghambat pengambilan memori-memori baru.
F. Kegagalan Pengambilan (Retrieval Failure)
1. Interferensi Retroaktif, yaitu memori-memori baru menghambat pengambilan memori-memori lama
2. Interferensi Proaktif, yaitu memori-memori lama menghambat pengambilan memori-memori baru.
F. Kegagalan Pengambilan (Retrieval Failure)
Ketidakmampuan menemukan isyarat
memori (memory cue) yang diperlukan bagi pengambilan memori tersebut.
G. Kelupaan Yang Disengaja (Motivated
Forgetting)
Represi yang disadari terhadap
memori, yang pada umumnya dilakukan seseorang untuk menghindari kenangan akan
pengalaman traumatik
H. Represi (Repression)
Tindakan mendorong
pemikiran-pemikiran, memori-memori, atau perasaan-perasaan yang mengancam
keluar dari kesadaran.
Memori-memori Palsu
Loftus dan Palmer (1974) menemukan bahwa memori palsu dapat dibentuk
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diarahkan untuk membentuk memori
tersebut.
Mengingat
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan
kinerja memori :
- Pemusatan perhatian kepada stimuli akan meningkatkan kecenderungan
memori memasuki sistem sensorik dan memasuki short term memory.
- Pengulangan pemeliharaan (maintanance rehearsal) akan menjaga
informasi tetap ada di dalam short term memory.
- Pengulangan elaboratif (elaborative rehearsal) akan mendorong
informasi dari short term memory menuju long term
memory.
- Membuat kekhasan penyandian (encoding specifity principle) agar
meningkatkan potensi pengambilan memori dari long term
memory dengan menyediakan isyarat (cue) yang dapat
menyediakan akses menuju memori.
Teknik-teknik Mnemonik
Adalah suatu teknik yang meningkatkan
penyimpanan dan pengambilan informasi dalam memori. Ada beberapa teknik,
seperti :
1. Metode loci (method of loci)
1. Metode loci (method of loci)
Metode yang mengasosiasikan
objek-objek tertentu dengan tempat-tempat tertentu. Orang menggunakan
tempat-tempat dan lingkungan yang familiar dan secara mental menempatkan
objek-objek tertentu di lokasi yang ditentukan dalam benak. Secara
mental mengunjungi tempat tersebut, individu yang bersangkutan dapat mengingat
item yang diperlukan. Lokasi (loci) tersebut dapat berupa apa saja yang
menarik dan familiar bagi orang tersebut.
2. Sistem kata bergantung (peg word system)
2. Sistem kata bergantung (peg word system)
Adalah seseorang mempelajari serangkaian
kata yang bergungsi sebagai “gantungan” untuk “menggantungkan” aitem-aitem yang
dihapalkan. Hal tersebut dapat dianalogikan dengan apapun yang anda inginkan.
Setelah anda mempelajari daftar “gantungan”, anda “menggantungkan” aitem-aitem
ke “gantungan” tersebut.
Adapula teknik-teknik verbal, seperti :
1. Metode kata kunci (key word method)
1. Metode kata kunci (key word method)
Adalah upaya yang dilakukan dan berguna
dalam upaya mempelajari kosakata bahasa asing (Atkinson, 1975; Atkinson &
Raugh, 1975; Raugh & Atkinson, 1975).
2. Akronim (acronym)
2. Akronim (acronym)
Adalah kata yang dibentuk berdasarkan
huruf-huruf pertama dalam sebuah frase atau kumpulan-kumpulan kata. Akronim
bukan hanya sekedar suatu singkatan verbal, namun seringkali digunakan untuk
membantu orang mengingat informasi-informasi yang penting.
3. Akrostik (acrostic)
3. Akrostik (acrostic)
Adalah sebuah frase atau kata-kata dimana
huruf pertama dalam kata tersebut diasosiasikan dengan kata-kata yang harus
diingat.
4. Mengingat nama
4. Mengingat nama
Lorayne & Lucas (1974) menemukan
proses mempelajari sebuah nama yang dihibingkan dengan memori terdapat tiga
tahap didalamnya, yaitu :
- Mengingat nama itu sendiri, dan dapat dibuat frase pengganti bagi nama
tersebut apabila cukup susah untuk dilafalkan
- Mencari karakteristik khusus di wajah
- Menghubungkan kata pengganti dengan karakteristik yang menonjol
tersebut
Memori-memori Luar Biasa
Ada beberapa kasus memori luar biasa yang
pernah terekam dalam sejarah psikologi kognitif, kasus-kasus tersebut adalah :
a. S : Luria
S.V. Shereshevskii mampu mengingat tanpa
salah daftar yang berisi 30 kata yang kemudian ditingkatkan menjadi 50 dan 70
kata pada akhirnya.
b. V.P : Hunt & Love
V.P mampu mendemonstrasikan memori yang
sangat ekspansif. Hunt & Love pernah mengujinya dengan memintanya
membacakan cerita. Setelah enam minggu kemudian, ketika diminta ulang untuk
membacakannya, V.P mampu membacakan ulang seperti layaknya verbatim. Kata per
kata yang dia ucapkan sama persis seperti saat pertama kali ia membacakan cerita
tersebut.
c. E. : Sebuah Kasus Memori Fotografik
Elizabeth adalah seorang seniman yang
sangat cerdas dan terampil, yang mengajar di Harvard. Ia mampu memproyeksikan
secara mental suatu ingatan tentang suatu gambar menjadi lukisan yang persis
seperti aslinya. Lukisan yang dibuatnya seolah-olah menyerupai duplikat objek
yang asli, dan Elizabeth mampu mendeskripsikan visualisasi tersebut secara
mendetail. Kemampuan tersebut disebut dengan pencitraan eidetik (eidetic
imagery).
sumber:
Solso, R.L, Maclin, Otto H, Maclin,
M.Kimberly. (2008). Psikologi Kognitif (8th ed).
Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar