Dalam studi literatur
ini, kami menjabarkan bagaimana psikologi humanistik dalam beberapa alirannya
yang berseberangan menurut buku karya Schneider, Bugental, dan Pierson (2001)
yang berjudul Handbook of
Humanistic Psychology. Kami menjelaskan secara spesifik bagaimana
pandangan Schneider dan kawan-kawan berdasarkan perspektif kami dengan
membandingkan isi di bagian chapter 2 buku mereka ini. Kami juga memaparkan
kelebihan dan kekurangan dari penjelasan mereka di dalam isi chapter buku
tersebut.
Pada bagian awal
chapter, Taylor & Martin (dalam Schneider, dkk., 2001) mencoba untuk
membawa isu mengenai psikologi humanistik yang menjadi kontroversi. Apakah
psikologi eksistensial-humanistik begitu dipertimbangkan dalam keilmuan
psikiatri maupun psikologi yang berfokus pada psikoterapi? Disebutkan bahwa APA
(2000 dalam Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001) pun masih menggali
keabsahan dari pedoman psikoterapi berdasarkan pendekatan psikologi humanistik
(Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001). Psikologi humanistik sendiri
diyakini oleh penulis (Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001) akan
sanggup berkembang meskipun hingga 40 tahun ia sulit untuk diterima kalangan
psikolog secara umum.
Taylor dan Martin
(dalam Schneider, dkk., 2001) mengatakan bahwa kontribusi psikologi humanistik
sangat luas cakupannya dan telah lebih dari 50 tahun lamanya. Dalam
perkembangan keilmuan psikologi, khususnya klinis, terjadi reduksi pendekatan
behavioral yang menjadikan pendekatan psikoanalisis lebih diminati. Hal ini
didukung pula oleh para ilmuwan macropersonality di tahun 1930-an yang sama-sama
berpendapat bahwa seharusnya person-centered menjadi fokus utama psikologi
(Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001). Taylor dan Martin (dalam
Schneider, dkk., 2001) mengatakan bahwa hal ini menjadi cikal bakal teori client-centered dari Carl Roger, pandangan
eksistensial Rollo May, dan juga hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow di
tahun-tahun berikutnya.
Maslow dan Sutich
(dalam Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001) datang dengan
ketidakpuasan dengan eksperimen dan perubahan sosial yang mengesampingkan
spiritual keluar dari gambaran kehidupan. Maslow dan Sutich bekerjasama untuk
memperkenalkan dimensi kesadaran diri kembali dalam dunia psikologi, dengan
poosisinya di organisasi mereka menamai dengan perubahan kemanusiaan (humanistik
movement) pada tahun 1969 ini merupakan dasar awal dari pembangunan
jurnal tentang psikologi transpersonal. Dimensi spritual tentang pengalaman,
mengaktualisasikan diri, mediasi, meta-nilai dan kesadaran yang tinggi untuk
memunculkan usaha baru.
Perubahan yang terjadi
secara tiba-tiba, untuk itu Maslow dan Sutich mengambil sebagian besar sebagian
besar pemimpin gerakan humanis di waktu itu (dalam Taylor & Martin dalam
Schneider, dkk., 2001). Akibatnya terjadi perubahan atau pergeseran yang dramatis
di akademi psikologi dalam hal budaya, hal itu merupakan konsekuensi yang tidak
diinginkan. Pada saat itu muncul beberapa gerakan tandingan psikoterapi yang
didorong oleh kemajuan psikologi humanistik dan meluasnya eksperimen psychedelics, meningkatnya minat terhadap gerakan
agama dari budaya Asia, munculnya gerakan anti perang, munculnya feminisme dan
politik gender radikal, dan beberapa minat lain yang sebelumnya belum pernah
terjadi di jaman era modern.
Pertanyaannya sekarang,
dimana letak gambaran psikologi humanistik ? Saat ini institut psikologi
humanistik, Saybrook Garduate School dan pusat penelitian, dengan akreditasi A
dan program PH.D, tetapi di dominasi oleh ilmu pengetahuan tentang manusia
daripada humanistik. Pada intinya psikologi humanistik hanya merepresentasikan
sebagian kecil dari psychotherapeutic dan hanya sebagain kecil yang
diterapkan di akademi psikologi. Jurnal mengenai psikologi humanistik tidak
diakui oleh APA, namun tetap dipakai untuk mendukung sebagai literatur.
Psikologi mainstream menganggap humanistik bukanlah
pendekatan ilmiah (dalam Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001).
Psikologi humanistik memiliki kesalahan karena dianggap terlalu banyak memuja
individu dan pengalaman mereka. Walsh & Schneider (dalam Taylor &
Martin dalam Schneider, dkk., 2001) mengemukakan psikologi transpersonal
meyakini bahwa humanistik mempelajari mengenai eksistensi dan dan psikologi
transpersonal mengenai spiritual, karena spiritual memiliki posisi lebih tinggi
maka psikologi transpersonal dianggap mampu menggantikan humanistik. Dinamika
kelompok cenderung lebih jauh dari lingkungan intelektual yang menghubungkan
tradisi humanistik untuk disiplin yang lebih tinggi. Para ilmuwan telah
dibanjiri oleh ideologi Marxisme radikal yang telah berhasil menjajah setiap
relung kebebasan yang diciptakan oleh gerakan humanistik dalam psikologi di
Amerika Serikat sejak tahun 1960-an (dalam Taylor & Martin dalam Schneider,
dkk., 2001).
Psikologi humanistik,
sementara itu, umumnya telah kembali ke postmodernisme dan ideologinya, percaya
ilmu pengetahuan manusia menjadi rubrik yang lebih umum yang membedakan
pendekatan mekanistik untuk ilmu lebih dari person-centered (dalam Taylor & Martin
dalam Schneider, dkk., 2001). Pada saat yang sama, gerakan humanistik telah
menyebar sumber daya sedikit diatas medan yang luas, yang bertujuan bisnis,
hukum, kedokteran, seni, dan budaya dengan cara yang telah cukup tidak jelas
sumbernya dalam psikologi.
Jadi, kita sekarang
dapat mempertajam pertanyaan cukup dengan kembali bertanya dengan cara yang
berbeda tetapi diinformasikan dengan cara lebih historis Apa potensi masa depan
psikologi humanistik dalam psikologi? Apakah akan diserap ke dalam arus mainstream? Atau, ia akan
membangkitkan psikolog untuk pembangunan ilmu baru yang akhirnya membahas
spektrum penuh dari pengalaman manusia, sehingga berpotensi mengubah ilmu-ilmu
lain melalui psikologi dan, pada saat yang sama, membuka dialog baru antara
ilmu pengetahuan dan humaniora?
Jika psikolog
humanistik terus melanjutkan untuk proses sepanjang mereka hadir,
menghamburkan perhatian mereka di terlalu banyak bidang studi dan percaya bahwa
masa depan mereka terletak pada mengemukakan teori yang sudah ketinggalan zaman
postmodernisme sementara melupakan akar dasar mereka dalam psikologi, maka
jawabannya adalah bahwa kontribusi dasar mereka ditakdirkan untuk dikurung oleh
psikolog mainstream, dan
nasib mereka akan sama dengan psikolog Gestalt eksperimental dari tahun
1930-an. Psikologi Gestalt adalah tantangan laboratorium eksperimental pertama
yang unik dengan atomisme Wundtian yang selalu mendominasi laboratorium
eksperimental Amerika karena secara keseluruhan Gestalt pada saat yang sama itu
tetap ilmiah dan eksperimental. Psikolog eksperimental Amerika menetralkan
secara efektif tantangan epistemologis, bagaimanapun, dengan mengurung
ide utama dari figure-ground, closure, contrast, continuity, dan sejenisnya ke
dalam aliran buku pelajaran psikologi umum tanpa harus menghadapi pertanyaan
metafisik mengangkat tentang cara ilmu dasar dilakukan. Psikologi Amerika
kemudian melanjutkan menjadi perilaku dan reduksionistik. Psikologi humanistik
sekarang tampaknya akan mengalami perpaduan yang serupa.
Psikologi humanistik
merupakan pendekatan baru dalam disiplin ilmu psikologi yang membuat sebuah
perubahan besar tidak hanya bagi ilmu psikologi saja tapi juga bagi ilmu alam
dan ilmu sosial. Hasil dari psikologi humanistik yang berbeda inilah yang
membuat perubahan dalam ilmu psikologi dan ilmu sosial serta ilmu alam. Agar
psikologi humanistik diakui oleh kalangan akdemisi, diperlukan sebuah usaha
dari para tokoh psikologi humanistik. Selain agar psikologi humanistik diakui
oleh kalangan akademisi, juga agar dapat terlibat sebagai ilmuwan, klinis, dan
administrator. Oleh karena itu psikologi humanistik membutuhkan seorang
pemimpin yang dapat mengidentifikasi dan melakukan gerakan yang signifikan
untuk psikologi humanistik.
Psikologi humanistik
memberikan pandangan baru yaitu mengenai pentingnya mengkaji person-centered. Person-centered merupakan ilmu psikologi yang
fokus pada individu sebagai subjek utama. Untuk menyadarkan kalangan akademisi
mengenai pentingnya person-centered maka psikologi humanistik harus lebih
memasukkan ilmu psikologis dalam kajiannya. Dalam psikologi humanistik psikoterapi
tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk transformasi kepribadian tetapi juga
sebagai laboratorium jenis baru dalam psikologi eksperimental. Pada dasarnya
psikologi humanistik masih membutuhkan masukan dukungan keuangan, anggota, dan
pengikut jurnal psikologi humanistik yang lebih banyak.
Eugene Taylor dan Frederick Martin (dalam Schneider dkk, 2001) memberikan
pendapat dalam tulisannya mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh
psikologi humanistik. Psikologi humanistik harus membuat psikologi modern yang
memiliki perhatian terhadap eksperimentalis agar fokus pada fenomenologi
daripada positivistik bagi sebuah penelitian ilmu baru.
Tim kelompok psikologi humanistik
Sumber:
Schneider, K., Bugental, J., Pierson, J. (2001). The Handbook of Humanistic Psychology: Leading Edges in Theory, Research, and Practice.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar