Rabu, 21 Maret 2018

Humanistic Psychology at the Crossroads

Dalam studi literatur ini, kami menjabarkan bagaimana psikologi humanistik dalam beberapa alirannya yang berseberangan menurut buku karya Schneider, Bugental, dan Pierson (2001) yang berjudul Handbook of Humanistic Psychology. Kami menjelaskan secara spesifik bagaimana pandangan Schneider dan kawan-kawan berdasarkan perspektif kami dengan membandingkan isi di bagian chapter 2 buku mereka ini. Kami juga memaparkan kelebihan dan kekurangan dari penjelasan mereka di dalam isi chapter buku tersebut.
Pada bagian awal chapter, Taylor & Martin (dalam Schneider, dkk., 2001) mencoba untuk membawa isu mengenai psikologi humanistik yang menjadi kontroversi. Apakah psikologi eksistensial-humanistik begitu dipertimbangkan dalam keilmuan psikiatri maupun psikologi yang berfokus pada psikoterapi? Disebutkan bahwa APA (2000 dalam Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001) pun masih menggali keabsahan dari pedoman psikoterapi berdasarkan pendekatan psikologi humanistik (Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001). Psikologi humanistik sendiri diyakini oleh penulis (Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001) akan sanggup berkembang meskipun hingga 40 tahun ia sulit untuk diterima kalangan psikolog secara umum.
Taylor dan Martin (dalam Schneider, dkk., 2001) mengatakan bahwa kontribusi psikologi humanistik sangat luas cakupannya dan telah lebih dari 50 tahun lamanya. Dalam perkembangan keilmuan psikologi, khususnya klinis, terjadi reduksi pendekatan behavioral yang menjadikan pendekatan psikoanalisis lebih diminati. Hal ini didukung pula oleh para ilmuwan macropersonality di tahun 1930-an yang sama-sama berpendapat bahwa seharusnya person-centered menjadi fokus utama psikologi (Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001). Taylor dan Martin (dalam Schneider, dkk., 2001) mengatakan bahwa hal ini menjadi cikal bakal teori client-centered dari Carl Roger, pandangan eksistensial Rollo May, dan juga hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow di tahun-tahun berikutnya.
Maslow dan Sutich (dalam Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001) datang dengan ketidakpuasan dengan eksperimen dan perubahan sosial yang mengesampingkan spiritual keluar dari gambaran kehidupan. Maslow dan Sutich bekerjasama untuk memperkenalkan dimensi kesadaran diri kembali dalam dunia psikologi, dengan poosisinya di organisasi mereka menamai dengan perubahan kemanusiaan (humanistik movement) pada tahun 1969 ini merupakan dasar awal  dari pembangunan jurnal tentang psikologi transpersonal. Dimensi spritual tentang pengalaman, mengaktualisasikan diri, mediasi, meta-nilai dan kesadaran yang tinggi untuk memunculkan usaha baru.
Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, untuk itu Maslow dan Sutich mengambil sebagian besar sebagian besar pemimpin gerakan humanis di waktu itu (dalam Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001). Akibatnya terjadi perubahan atau pergeseran yang dramatis di akademi psikologi dalam hal budaya, hal itu merupakan konsekuensi yang tidak diinginkan. Pada saat itu muncul beberapa gerakan tandingan psikoterapi yang didorong oleh kemajuan psikologi humanistik dan meluasnya eksperimen psychedelics, meningkatnya minat terhadap gerakan agama dari budaya Asia, munculnya gerakan anti perang, munculnya feminisme dan politik gender radikal, dan beberapa minat lain yang sebelumnya belum pernah terjadi di jaman era modern.
Pertanyaannya sekarang, dimana letak gambaran psikologi humanistik ? Saat ini institut psikologi humanistik, Saybrook Garduate School dan pusat penelitian, dengan akreditasi A dan program PH.D, tetapi di dominasi oleh ilmu pengetahuan tentang manusia daripada humanistik. Pada intinya psikologi humanistik hanya merepresentasikan sebagian kecil dari psychotherapeutic dan hanya sebagain kecil yang diterapkan di akademi psikologi. Jurnal mengenai psikologi humanistik tidak diakui oleh APA, namun tetap dipakai untuk mendukung sebagai literatur.
Psikologi mainstream menganggap humanistik bukanlah pendekatan ilmiah (dalam Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001). Psikologi humanistik memiliki kesalahan karena dianggap terlalu banyak memuja individu dan pengalaman mereka. Walsh & Schneider (dalam Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001) mengemukakan psikologi transpersonal meyakini bahwa humanistik mempelajari mengenai eksistensi dan dan psikologi transpersonal mengenai spiritual, karena spiritual memiliki posisi lebih tinggi maka psikologi transpersonal dianggap mampu menggantikan humanistik. Dinamika kelompok cenderung lebih jauh dari lingkungan intelektual yang menghubungkan tradisi humanistik untuk disiplin yang lebih tinggi. Para ilmuwan telah dibanjiri oleh ideologi Marxisme radikal yang telah berhasil menjajah setiap relung kebebasan yang diciptakan oleh gerakan humanistik dalam psikologi di Amerika Serikat sejak tahun 1960-an (dalam Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001).
Psikologi humanistik, sementara itu, umumnya telah kembali ke postmodernisme dan ideologinya, percaya ilmu pengetahuan manusia menjadi rubrik yang lebih umum yang membedakan pendekatan mekanistik untuk ilmu lebih dari person-centered (dalam Taylor & Martin dalam Schneider, dkk., 2001). Pada saat yang sama, gerakan humanistik telah menyebar sumber daya sedikit diatas medan yang luas, yang bertujuan bisnis, hukum, kedokteran, seni, dan budaya dengan cara yang telah cukup tidak jelas sumbernya dalam psikologi.
Jadi, kita sekarang dapat mempertajam pertanyaan cukup dengan kembali bertanya dengan cara yang berbeda tetapi diinformasikan dengan cara lebih historis Apa potensi masa depan psikologi humanistik dalam psikologi? Apakah akan diserap ke dalam arus mainstream? Atau, ia akan membangkitkan psikolog untuk pembangunan ilmu baru yang akhirnya membahas spektrum penuh dari pengalaman manusia, sehingga berpotensi mengubah ilmu-ilmu lain melalui psikologi dan, pada saat yang sama, membuka dialog baru antara ilmu pengetahuan dan humaniora?
Jika psikolog humanistik terus melanjutkan untuk proses sepanjang  mereka hadir, menghamburkan perhatian mereka di terlalu banyak bidang studi dan percaya bahwa masa depan mereka terletak pada mengemukakan teori yang sudah ketinggalan zaman postmodernisme sementara melupakan akar dasar mereka dalam psikologi, maka jawabannya adalah bahwa kontribusi dasar mereka ditakdirkan untuk dikurung oleh psikolog mainstream, dan nasib mereka akan sama dengan psikolog Gestalt eksperimental dari tahun 1930-an. Psikologi Gestalt adalah tantangan laboratorium eksperimental pertama yang unik dengan atomisme Wundtian yang selalu mendominasi laboratorium eksperimental Amerika karena secara keseluruhan Gestalt pada saat yang sama itu tetap ilmiah dan eksperimental. Psikolog eksperimental Amerika menetralkan secara efektif tantangan epistemologis, bagaimanapun, dengan mengurung  ide utama dari figure-ground, closure, contrast, continuity, dan sejenisnya ke dalam aliran buku pelajaran psikologi umum tanpa harus menghadapi pertanyaan metafisik mengangkat tentang cara ilmu dasar dilakukan. Psikologi Amerika kemudian melanjutkan menjadi perilaku dan reduksionistik. Psikologi humanistik sekarang tampaknya akan mengalami perpaduan yang serupa.
Psikologi humanistik merupakan pendekatan baru dalam disiplin ilmu psikologi yang membuat sebuah perubahan besar tidak hanya bagi ilmu psikologi saja tapi juga bagi ilmu alam dan ilmu sosial. Hasil dari psikologi humanistik yang berbeda inilah yang membuat perubahan dalam ilmu psikologi dan ilmu sosial serta ilmu alam. Agar psikologi humanistik diakui oleh kalangan akdemisi, diperlukan sebuah usaha dari para tokoh psikologi humanistik. Selain agar psikologi humanistik diakui oleh kalangan akademisi, juga agar dapat terlibat sebagai ilmuwan, klinis, dan administrator. Oleh karena itu psikologi humanistik membutuhkan seorang pemimpin yang dapat mengidentifikasi dan melakukan gerakan yang signifikan untuk psikologi humanistik.
Psikologi humanistik memberikan pandangan baru yaitu mengenai pentingnya mengkaji person-centered. Person-centered merupakan ilmu psikologi yang fokus pada individu sebagai subjek utama. Untuk menyadarkan kalangan akademisi mengenai pentingnya person-centered maka psikologi humanistik harus lebih memasukkan ilmu psikologis dalam kajiannya. Dalam psikologi humanistik psikoterapi tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk transformasi kepribadian tetapi juga sebagai laboratorium jenis baru dalam psikologi eksperimental. Pada dasarnya psikologi humanistik masih membutuhkan masukan dukungan keuangan, anggota, dan pengikut jurnal psikologi humanistik yang lebih banyak.
Eugene Taylor dan Frederick Martin (dalam Schneider dkk, 2001) memberikan pendapat dalam tulisannya mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh psikologi humanistik. Psikologi humanistik harus membuat psikologi modern yang memiliki perhatian terhadap eksperimentalis agar fokus pada fenomenologi daripada positivistik bagi sebuah penelitian ilmu baru.


Oleh:
Tim kelompok psikologi humanistik

Sumber:
Schneider, K., Bugental, J., Pierson, J. (2001). The Handbook of Humanistic Psychology: Leading Edges in Theory, Research, and Practice

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terminasi Hubungan Konseling

Terminasi mengacu pada keputusan untuk menghentikan konseling. Keputusan dapat dibuat sepihak atau bersama. Terlepas dari banyak bahasan m...