Rabu, 27 Desember 2017

Long Term Memory

Manusia memerlukan memori untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu manusia membutuhkan memori jangka panjang yaitu Long Term Memory. Namun Long Term Memory (LTM) tidak terjadi begitu saja. LTM harus “ditarik” kedalam Short Term Memory (STM) agar dapat digabungkan dengan informasi dalam STM dan digunakan untuk memahami aliran informasi yang kita terima saat ini. LTM memiliki karakteristik yang beragam dari mulai penyandian, abstraksi informasi, struktur, kapasitas, dan permanensinya.
Lokalisasi dan Distribusi LTM
Studi-studi masa kini yang mempelajari memori dalam kaitannya dengan neurosains kognitif cenderung bersifat terus terang (straightforward). Studi-studi tersebut melibatkan penentuan letak (plotting) fungsi-fungsi kognitif dalam topografi otak, melibatkan pelacakan jejak-jejak memori (memory traces) dan pengidentifikasian perubahan-perubahan neural di otak yang terasosiasi dengan pembentukan dan perubahan memori. Sebagian besar teknik telah digunakan dalam studi-studi tentang otak seperti teknik pencitraan otak, probing elektrik ke dalam otak, penggunaan senyawa-senyawa kimiawi atau obat-obatan yang mempengaruhi neurotransmitter disinapsis dan studi-studi patologis. Lokasi tempat memori disimpan adalah di seluruh bagian otak, meskipun juga berpusat di bagian-bagian tertentu.
Beberapa bagian otak memiliki fungsi penting dalam pembentukan memori. Bagian-bagian tersebut meliputi hipokampus dan korteks (yang berbatasan dengan hipokampus), serta thalamus. Pentingnya region tersebut ditunjukkan oleh studi-studi terhadap pasien-pasien klinis yang mengalami kerusakan pada area-area tersebut. Hipokampus sendiri bukanlah merupakan penyimpanan memori jangka panjang yang permanen. Informasi sensorik dikirimkan ke region-region otak yang spesifik misalnya informasi dari mata dan telinga dikirimkan ke korteks visual dan korteks auditorik secara berturut-turut. Jadi sekalipun model-model memori menampilkan memori sebagai kotak, kenyataannya memori tersebar di seluruh otak. Memori adalah suatu proses yang aktif yang melibatkan sejumlah besar area di otak dan sejumlah area memiliki fungsi lebih dominan dibandingkan area lain.
Kapasitas LTM
Tentunya tidak terpikirkan seberapa memori kita mampu mengingat begitu banyak hal. Apalagi membayangkan kapasitas dan durasi informasi yang tersimpan dalam LTM. Jaman modern seperti sekarang ini pasti sudah banyak orang mengetahui komputer dimana penyimpanannya sangat tidak terbatas, namun tidak bisa dibandingkan dengan otak manusia yang mampu menyimpan informasi yang mendetail dalam jangka waktu lama. Otak manusia adalah struktur yang sedemikian kecilnya. Terdapat sebuah penelitian oleh Shepard (1967) yang menunjukkan kemampuan manusia mengenali gambar setelah periode waktu yang sangat lama. Disini partisipan memiliki tugas rekognisi memori selama 3 hari, 7 hari, dan 120 hari. Dukungan lebih lanjut terhadap kapasitas LTM ditemukan oleh Standing Conezio dan Haber (1970).
Analisis teoritik tentang kepakaran
Chase dan Ericsson (1982)  menjelaskan tiga prinsip kinerja memori:
  1. Mnemonic encoding principle (prinsip penyandian mnemonic) 
Menyatakan bahwa menyandikan informasi berdasarkan basis pengetahuan luas yang dimiliki.  
  1. Retrieval structure principle (prinsip struktur pengambilan informasi) 
Pengetahuan tentang suatu objek digunakan untuk mengembangkan mekanisme yang sangat terspesialisasi dan abstrak yang secara sistematik menyandikan dan mengembangkan pola-pola yang bermakna dari LTM.
  1. Speed-up principle (prinsip percepatan)
Menyatakan bahwa latihan akan meningkatkan kecepatan dalam mengenali dan menyandikan pola-pola. 
Salah satu unsur yang sering kali terabaikan adalah latihan (practice), yang merupakan tema yang dianalisis secara mendetail oleh Ericsson, Krampe, dan Tesch-RÓ§mer (1993). Seperti kata pepatah “practice makes perfect” hal ini menunjukkan bahwa meskipun sederhana latihan tersebut, latihan yang “cerdas” dengan alokasi waktu yang teratur adalah jenis latihan yang berhubungan positif dengan kepakaran.
Durasi LTM
Sejumlah penelitian mendukung adanya memori jangka sangat panjang atau very long-term memory (VLTM). Studi ini dilakukan oleh Bahrick, Bahrick dan Wittlinger (1975). Mereka melakukan studi cross-sectional dengan memberikan tugas isyarat-gambar (picture-cueing task) dalam tugas itu para partisipan diminta mengingat nama seorang rekan mereka berdasarkan gambarnya. Data yang dihimpun Bahrick dan rekan-rekannya mendukung bahwa VLTM memang ada dan bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama. Selain itu, stabilitas rekognisi memori dalam jangka waktu selama itu sungguh mengejutkan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat penyandian awal (pada saat peristiwa tersebut terjadi) dan distribusi rehearsal(pengulangan).
Dalam studi lain oleh Bahrick yang menguji memori tentang bahasa Spanyol yang dipelajari lima puluh tahun sebelumnya. Meliputi tes pemahaman bacaan, tes mengingat (recall) dan tes rekognisi terkait perbendaharaan kata (vocabulary), tata bahasa (grammar), dan idiom-idiom. Didapat hasil bahwa kemampuan berbahasa Spanyol tersebut masih tetap eksis (dan berguna) setelah 50 tahun. Memori yang “permanen tersebut” disebut Bahrick sebagai permastore dan diasumsikan bahwa memori tentang Spanyol (dan bahasa-bahasa asing lain) dapat eksis untuk jangka waktu yang lama. 
VLTM dan Psikologi Kognitif
Penelitian Conway, Cohen, dan Stanhope (1991) berjudul “On the Very Long-Term Retention of Knowledge Acquired Through Formal Education: Twelve Years of Cognitive Psychology”. Retensi nama menunjukkan penurunan yang sedikit lebih dibandingkan pengingatan (recall) dan rekognisi konsep. Data tersebut konsisten dengan eksperimen penting Bahrick dkk, yakni bahwa sebagai suatu bentuk informasi, VLTM- baik berupa memori tentang kawan-kawan masa kecil maupun berupa dikotomi STM/LTM- menurun dengan cepat pada awalnya kemudian menjadi stabil selama bertahun-tahun.
Penyimpanan LTM
Donald Hebb memberikan versi sederhana tentang LTM yang menyatakan bahwa informasi dari STM akan dikirim ke LTM apabila diulan-ulang (rehearsal) di STM dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika informasi tersebut dikombinasikan dengan memori-memori lain yang bermakna, terjadilah peningkatan memorabilitas (kemudahan memori untuk diingat).
Sandi            
Informasi disandikan secara akustik, visual, dan semantik. Ketiga jenis sandi dalam LTM tersebut dapat diilustrasikan dengan kondisi Tip of the Tongue (TOT: di ujung lidah) yakni kondisi dimana kita dapat mengingat seumlah aspek tertentu, namun melupakan identitas utama item yang bersangkutan.
Level Pemrosesan
Diasumsikan bahwa otak menggunakan cara heuristik terhadap jumlah upaya dan waktu yang dicurahkan untuk pemenuhan sasaran. Kemungkinan lain, otak mengguanakan isyarat-isyarat (cues) dari bagian-bagian lain di sistem kognitif. Penelitian Craik dan Lockhart (1972) terhadap level pemrosesan (level of processing) menyertakan gagasan umum bahwa informasi yang diterima indera harus menjalani serangkaian analisis yang diawali analisis sensorik dangkal, dan dilanjutkan analisis-analisis yang semakin dalam, rumit, abstrak dan semakin bersifat semantik. Aktivitas membaca untuk memahami intisari bacaan (gist) – yakni yang bertujuan “menangkap” poin-poin essensial – melibatkan pemrosesan dangkal yang minimal, atau “maintenance rehearsal” (semata-mata dalam memori tanpa elaborasi), namun melibatkan pemrosesan semantik yang elaboratif.
Jenis-Jenis Memori
Bower (1975, dalam Solso, Maclin, & Maclin, 2008) mengkategorikan jenis informasi umum yang disimpan dalam LTM yang disusun berdasarkan fungi adaptifnya, yaitu:
  1. Kemampuan spasial. Informasi mengenai lokasidan objek-objek penting. Pengetahuan ini memungkinkan kita untuk melakukan pergerakan atau manuver efektif di lingkungan kita.
  2. Karakteristik-karakteristik fisik dunia sekeliling kita. Informasi ini memungkinkan kita berinteraksi secara aman dengan objek-objek yang kita jumpai.
  3. Hubungan sosial. Penting untuk mengetahui siapa kawan kita, siapa kerabat kita, bahkan musuh kita.
  4. Nilai-nilai sosial. Pengetahuan mengenai apa yang dianggap penting oleh kelompok.
  5. Keterampilan-keterampilan motorik. Penggunaan alat, pemanipulasian objek.
  6. Keterampilan-keterampilan perseptual. Memungkinkan kita memahami stimuli dalam lingkungan kita, mulai dari bahasa hingga musik.
LTM dapat dibagi menjadi memori eksplisit (deklaratif) dan memori implisit (nondeklaraif). Memori eksplisit mengandalkan pengambilan (retrieval) pengalaman-pengalaman sadar dan menggunakan isyarat (cue) berupa rekognisi dan tugastugas recall. Memori eksplisit dibagi menjadi memori episodik dan semantik. Memori implisit sebaliknya diekspresikan dalam bentuk mempermudah kinerja dan tidak memerlukan rekoleksi yang sadar. Memori implisit dibagi menjadi memori prosedural dan memori emosional (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Memori Otobiografis
Adalah memori yang dimiliki individu mengenai masa lalunya. Memori ini berisi informasi mengenai emosi, deskripsi diri, peristiwa-peristiwa khusus, dan sejarah kehidupan seseorang yang bersangkutan (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Mengetahui Apa (What) dan Mengetahui Bahwa (That)
Pengetahuan deklaratif bersifat eksplisit dan melibatkan fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa, sementara pengetahuan preosedural bersifat implisit dan diakses melalui kinerja (performance). Untuk menguji pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural digunakan eksperimen priming dan eksperimen rekognisi. Dalam tes priming, partisipan mendapatkan isyarat yang umumnya berupa kata yang berhubungan dengan sasaran, atau kata yang berhubungan. Priming diasumsikan melibatkan pengetahuan prosedural karena respons bersifat implisit dan terdapat lebih banyak atau lebih sedikit aktivasi otomatis pada jalur-jalur neuron yang sudah ada (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Memori Episodik dan Memori Semantik
Memori episodik menurut Tulving adalah sistem memori neurokognitif yang memungkinkan seseorang mengingat peristiwa-peristiwa pada masa lalunya. Artinya memori-memori mengenai pengalaman-pengalaman khusus akan membentuk memori-memori episodik yang disimpan sebagai “referensi otobiografis”. Memori ini sangat rentan terhadap perubahan dan kelupaan, namun memegang peranan penting sebagai dasar pengenalan terhadap peristiwa-peristiwa yang telah kita jumpai pada masa lalu. Memori semantik adalah memori mengenai kata, konsep, peraturan, dan ide-ide abstrak. Memori ini penting bagi penggunaan bahasa (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Informasi dalam memori episodik lenyap  dengan cepat seiring masuknya informasi baru secara konstan. Memori episodik diaktifkan lebih sering, sedangkan memori semantik tidak diaktifkan sesering memori episodik dan kondisinya relatif stabil seiring berjalannya waktu. Menurut Tulving, memori prosedural, memori semantik, dan memori episodik adalah sistem memori yang paling baik untuk menggambarkan kompleksitas dan adaptabilitas pada manusia (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Dukungan Neurosains Kognitif
Terdapat tiga area otak yang terlibat secara langsung dalam proses memori, yaitu korteks yang merupakan permukaan luar otak yang terlibat dalam aktivitas kognisi tingkat tinggi seperti berpikir, pemecahan masalah dan meningat; serebelum, yakni struktur berbentuk kubis di dasar otak yang terlibat dalam pengendalian fungsi-fungsi motorik dan memori motorik; hipokampus, yakni struktur berbentuk S yang terletak jauh di dalam kedua hemisfer serebral dan berfungsi memproses informasi baru dan mentransfer informasi tersebut ke bagian-bagian korteks untuk disimpan secara permanen (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Ketiga aktivitas otak di atas berhubungan dengan dua jenis memori, yakni memori prosedural dan memori deklaratif. Memori prosedural berkaitan dengan keterampilan motorik seperti menulis, mengetik, dan mengendarai sepeda (masih berupa asumsi); memori ini tersimpan di serebelum. Memori deklaratif terdiri dari informasi dan pengetahuan mengenai dunia ini dan sejumlah besar informasi lain; memori ini tersimpan di korteks serebral. Informasi-informasi sensorik dikirim ke korteks sesegera mungkin dan dalam perjalanannya terbentuk jalur-jalur temporer di antara neuron-neuron yang hanya bertahan dalam jangka waktu singkat namun cukup lama untuk melakukan tindakan sederhana. Agar impresi-impresi sementara tersebut menjadi permanen diperlukan proses yang disebut long term potentiation (LTP; potensi jangka panjang). LTP terjadi ketika sel-sel saraf dipaparkan pada stimulus yang diulang dengan cepat, sehingga meningkatkan tendensi respons sel-sel untuk jangka waktu yang lebih lama (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).

sumber:

Solso, R.L, Maclin, Otto H, Maclin, M.Kimberly. (2008). Psikologi Kognitif (8th ed). Jakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terminasi Hubungan Konseling

Terminasi mengacu pada keputusan untuk menghentikan konseling. Keputusan dapat dibuat sepihak atau bersama. Terlepas dari banyak bahasan m...