Rabu, 14 Februari 2018

Modelling

A.    Konsep dasar
        Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Salah satu teorinya yang terkenal yaitu modelling. Bandura menjelaskan proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar, walaupun model tidak mendapat penguatan positif maupun negatif dan model bisa juga dalam bentuk visualisasi atau bahkan tokoh imajinatif. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Seperti salah satu eksperimen yang sangat terkenal yaitu Bobo Doll experiment yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya, dalam eksperimen ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963).
         Dalam belajar, modelling merupakan dasar percepatan belajar juga merupakan suatu konsep bagi proses memproduksi atau membentuk perilaku yang dipelajari melalui mengobservasi orang lain dan aktivitas atau simbol selaku contoh sebagai alat mempermudah perubahan tingkah laku. Prosedur modelling berlangsung wajar dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya digunakan untuk melatih anak-anak cacat (baik fisik maupun mental), anak normal, serta para pekerja. Modelling ini perlu umumnya digunakan ketika instruksi verbal yang diberikan tidak mampu dipahami atau gagal.
         Prinsip dari modelling sederhana, yaitu “memamerkan” perilaku seseorang atau perilaku. Prosedur ini memanfaatkan proses belajar melalui pengamatan, dimana perilaku seseorang atau beberapa orang model atau teladan berperan sebagai perangsang terhadap pikiran, sikap atau perilaku pengamat. Prinsip lain yang harus dipahami adalah beberapa orang lebih trainable daripada educable, artinya nalar tidak begitu jalan tetapi pengamatan dan meniru lebih unggul.
         Selain itu modelling juga terdapat kaitan dengan imitasi atau meniru, akan tetapi meniru tidak sama dengan modelling, kritik ini disanggah melalui bukti dari konsep abstract modellling, dimana orang mengamati model yang melakukan berbagai macam respon yang memiliki kaidah atau prinsip umum. Dapat disimpulkan bahwa modelling merupakan salah satu teknik konseling dimana seseorang belajar membuat dan menerapkan perilaku baru melalui proses pengamatan, mengobservasi, menggeneralisir perilaku orang lain (model), dimana dalam modeling ini juga melibatkan proses kognitif dan kreatif bukan semata-mata meniru atau imitasi saja.
         Jenis – jenis Peniruan (Modelling):
1. Peniruan Langsung
         Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modelling, yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh: Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2. Peniruan Tak Langsung
         Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
3. Peniruan Gabungan
         Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat atau seketika.
         Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh: Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
         Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh: Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
            B.     Langkah-langkah pelaksanaan yang efektif
 Memilih media pemeran
          Pemberian contoh dari model yang sesungguhnya atau betul-betul hidup  biasanya dibutuhkan oleh subyek yang membutuhkan umpan balik, partisipasi maupun bantuan fisik dari model.
  • Contoh 1 (partisipasi model)
            Arif mengalami kesulitan belajar menulis. Karena itu selain memberi contoh di papan tulis dan di buku tulis Arif, guru sekolah juga akan memegangi tangan Arif selagi ia menggoreskan pensilnya
  • Contoh 2 (bantuan fisik)
            Setelah memberi contoh melakukan jungkir balik, maka pak Catur membantu menggulingkan badan Mario selagi ia mencoba melakukan jungkir balik
Memilih teladan
            Pada umumnya yang dijadikan model adalah orang yang dianggap ahli, berpengalaman, sukses, berkuasa, populer, atau memiliki sesuatu yang layak untuk dikagumi. Penggunaan beberapa model adakalanya lebih efektif sebab menimbulkan efek generalisasi, artinya perilaku yang ditiru tidak khusus hanya dapat dilakukan oleh model.
Memamerkan secara mengesankan atau berulang-ulang
            Model yang mengesankan, selain menarik perhatian juga menyebabkan perilaku yang dipamerkan tertanam dalam ingatan. Bila pemeran kurang mengesankan, perlu dibuat berulang-ulang secara wajar untuk menghindari kejenuhan
Meminta Menirukan dengan Segera dan Berulang-Ulang
            Mengulang dan berlatih akan membantu subyek dalam menjabarkan perilaku sasaran sehingga ketrampilan motorik ataupun verbal yang dibutuhkan oleh subyek dapat berkembang. Ketika pelaksanaan perilaku menjadi lancar & efisien, maka hal tersebut akan menjadi pengukuh positif bagi subyek (perasaan puas bahwa ia telah mampu menguasai sesuatu).
Melakukan Secara Bertahap (Bila Perlu)
            Bila perilaku yang disajikan tergolong kompleks, maka hendaknya perilaku tersebut dipecah menjadi lebih sederhana dan disajikan tahap demi tahap. Sajikan langkah-langkah penting yang paling mendasar sebelum menyajikan seluruh urutan perilaku.
Mengikuti Pelaksanaan Perilaku (Bila Diperlukan)
             Beberapa program memerlukan participant modeling.
Memamerkan Konsekuensi Positif
             Perilaku yang berakibat positif atau yang berasosiasi positif cenderung ditiru. Ketika menjadi seorang model atau teladan, hendaknya tampak percaya diri, tidak tegang, serta menunjukkan penampilan fisik, verbal dan emosional yang berbahagia.
Memberi Pengukuh dengan Segera
             Bila perilaku mendapat pengukuh dengan segera, maka perilaku ini cenderung berulang. Perilaku yang tidak dapat dipisahkan dari konsekuensi positif cenderung cepat terkukuhkan sesegera mungkin setelah dilaksanakan.
                 C.    Contoh aplikasi
             Dalam modeling, seseorang yang belajar mengikuti kelakuan orang lain sebagai model. Tingkah laku manusia lebih banyak dipelajari melalui modelling atau imitasi daripada melalui pengajaran langsung. Saya akan mengambil salah satu contoh aplikasi modeling tak langsung dosen sebagai model. Dosen yang biasanya cukup tepat waktu saat mengajar, tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan, jelas dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga mudah dimengerti, senyumnya tulus, membuat situasi kelas tidak tegang, maka kalau hal ini dilakukan secara terus menerus mahasiswa akan merekam perilaku ini. Dalam memorinya tersimpan satu karakter yang patut untuk ditiru. Perasaan atau keinginan untuk meniru ini merupakan titik awal untuk merubah perilaku karena para mahasiswa merasa nyaman.

Daftar pustaka
PPT Modelling fakultas psikologi universitas airlangga
Robert S., 2012. Pengantar Psikologi. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta.
Alwisol. (2012). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2009). Theories Of Learning (7th ed.). (T. Wibowo, Ed.) Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Fungsi Komunikasi Nonverbal

Secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal, namun dalam kenyataannya kedua komunikasi itu jalin menjalin dalam komunikasi tatap muka sehari-hari. Seperti ketika mengatakan iya atau benar maka secara otomatis kita akan mengangguk, baik itu mengangguk setelah berkata tidak ataupun sebelumnya. Mark L Knapp mengemukakan istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap atau tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat nonverbal. Mark L. Knapp, menyebut lima fungsi pesan nonverbal dihubungkan dengan pesan verbal:
  1. Repetisi (repeating), yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
  2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
  3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.” contoh lain, ”saya tidak marah” dengan suara yang keras dan muka merah dan mata melotot.
  4. Complementing, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya raut muka yang menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata,  mengunggkapkan rasa sayang sambil memeluk dan mengelus-elus kepala.
  5. Aksentuasi/accenting/menekannkan, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, mengungkapkan betapa jengkelnya, dengan memukul meja. Contoh lain ”saya tidak ingin bertemu anda lagi” sambil memukuli meja saat mengatakan tidak ingin. Bisa dilihat dari waktu
Tidak ada struktur yang pasti, tetap, dan dapat diramalkan mengenai hubungan antara komunikasi verbal dan nonverbal. Keduanya akan berlangsung spontan, serempak, dan non sekuensial. Namun terdapat perbedaan pokok antara komunikasi verbal dan nonverbal.
  1. Sementara perilaku verbal adalah saluran tunggal, perilaku nonverbal bersifat multisaluran. Maksud dari saluran tunggal disini ialah kata-kata datang dari satu sumber misalnya kata-kata yang diucapkan, kata-kata yang dibaca di media. Sedangkan isyarat nonverbal dapat dilihat, didengar, dirasakan, dibaui, atau dicicipi dan beberapa isyarat boleh jadi berlangsung secara simultan.
  2. Pesan verbal terpisah-pisah sedangkan pesan nonverbal sinambung. Artinya orang dapat mengawali dan mengakhiri pesan verbal kapanpun ia menghendakinya sedangkan pesan nonverbalnya tetap “mengalir” sepanjang ada orang yang hadir di dekatnya.
  3. Komunikasi nonverbal mengandung lebih banyak muatan emosional daripada komunikasi verbal. Sementara kata-kata umumnya digunakan untuk menyampaikan fakta, pengetahuan, atau keadaan. Pesan nonverbal lebih potensial untuk menyatakan perasaan seseorang, yang terdalam sekalipun, seperti rasa sayang atau sedih.
Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, sebagai berikut:
  • Emblem, gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Seperti kerlingan mata kepada seseorang yang dapat mengatakan “saya sedang menggoda anda”
  • Ilustrator, pandangan kebawah dapat menunjukkan deperesi atau kesedihan
  • Regulator, kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka berarti ketidaksediaan berkomunikasi.
  • Penyesuai, kedipan mata yang cepat meningkat ketika seseorang berada dalam tekanan. Hal ini merupakan respon tubuh yang tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
  • Affect display, pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau senang.
Lebih jauh lagi, dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
  • Perilaku nonverbal dapat menggulangi perilaku verbal, misalnya mengangguk ketika berkata iya, menggeleng ketika berkata tidak menunjuk ketika mengarahkan ke sebuah tempat.
  • Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya melabaikan tangan sambil mengucapkan “selamat jalan” atau “bye bye”. Misalnya menggunakan gerakan tangan nada suara meninggi atau suara melambat ketika berpidato di depan umum perilaku seperti inilah yang disebut affect display.
  • Perilaku nonverbal dapat mneggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri. Misalnya menggoyangkan tangan dengan telapak tangan mengarah kedepan, ini sebagai pengganti kata “tidak”. Isyarat nonverbal yang menggantikan kata atau frase inilah ynag disebut emblem.
  • Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya anda membereskan alat tulis atau buku-buku, atau melihat jam tangan menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen menutup kuliahnya
  • Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya istri yang membeli perhiasan baru dan ditunjukkan kepada suaminya lalu suaminya berkata “Bagus! Bagus!” sambil melihat televisi atau dosen yang melihat jam tangannya terus menerus sedangkan dia bilang dia memliki waktu untuk mahasiswanya.
Jika terdapat pertentangan antara pesan verbal dan pesan nonverbal. Biasanya lebih dipercaya pesan nonverbal, yang menunjukkan pesan sebenarnya, karena pesan nonverbal lebih sulit dikendalikan daripada pesan verbal. Kita dapat mengendalikan sedikit perilaku nonverbal, namun kebanyakan perilaku nonverbal berada diluar kesadaran kita.
Pentingnya komunikasi nonverbal kadang tidak kita sadari. Padahal komunikasi nonverbal mengambil bagian 70% lebih banyak dari komunikasi verbal. Sebelum kesepakatan bahasa sebagai komunikasi verbal. Komunikasi secara nonverbal telah berlangsung terlebih dahulu. Saat ini secara tidak sadar komunikasi verbal telah mengalir dalam komunikasi kita sehari-hari dalam berperilaku. Seperti ‘membaca’ kebohongan biasanya lebih terlihat dari komunikasi nonverbal yang dilakukan seseorang.
Daftar Pustaka

Mulyana, D. (2008). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mengingat dan Melupakan

Perspektif Historis
Orang yang pertama kali menulis tentang eksperimen mengenai memori adalah Hermann Ebbinghaus (1850-1909) dalam karyanya yang bertajuk On Memory (1885). Tetapi, sepertinya cukup mustahil beliau dapat memandang ke depan dan mengetahui dampak yang akan ditimbulkan sepanjang sejarah dari karya yang dibuatnya mengenai memori tersebut. Meskipun, filsuf pada zaman itu telah berspekulasi mengenai memori, tetapi belum ada satu alat ukur yang memadai, dan database mengenai eksperimen-eksperimen memori. Meskipun dengan sumber daya yang terbatas, Ebbinghaus memiliki suatu firasat bahwa sensasi, perasaan, dan ide-ide yang pada suatu waktu dimiliki seseorang secara sadar, tetap tersembunyi di suatu tempat dalam memori.
Zeitgeist dimana Ebbinghaus bekerja, lebih menekankan bahwa memori dapat dipahami dengan mempelajari ide-ide yang telah terbentuk sebelumnya, lalu setelah itu kita akan melangkah mundur untuk menemukan sumber ide-ide tersebut. Ebbinghaus membalik itu, ia mampu menerapkan kendali ilmiah atas variabel-variabel yang sebelumnya tidak dipisahkan dari memori. Ebbinghaus bukan hanya pencetus teori dan pelaksana eksperimen, melainkan ia juga satu-satunya subjek penelitian yang dapat ia gunakan, sehingga ia menghadapi permasalahan untuk menemukan sesuatu yang dapat mengajarinya hal-hal yang belum ia ketahui. Akhirnya, ia mencoba dengan mempraktikan kata yang terdiri dari tiga huruf, konsonan-vokal-konsonan, seperti : ZAT, BOK, dan lain-lain. Kata-kata seperti itu memang tampaknya akan dilupakan dengan mudah, dan memang demikian yang terjadi. Ebbinghaus dengan rajin menghapalkan kata-kata yang sudah dia buat selama beberapa interval waktu tertentu, dan hasilnya semakin hari jumlah kata yang mampu ia ingat dari yang kemarin semakin menurun jumlahnya.
Teori-teori Kelupaan
A.  Kegagalan Penyandian (Failure to Encode)
Suatu kondisi dimana informasi tidak memasuki otak kita melalui reseptor-reseptor sensorik akibat pengaruh sistem atensi. Akibatnya, gagal memasukkan materi informasi kedalam Long Term Memory kita. Salah satu faktor yang mempengaruhi menurut Hukum (Yerkes & Dodson, 1908) adalah tingkat arousal yang sangat rendah atau sangat tinggi dapat menghambat kinerja memori dan proses-proses kognitif yang lain.
B.  Kegagalan Konsolidasi (Consolidation Failure)
Hilangnya memori akibat gangguan organik yang terjadi saat pembentukan jejak memori (memory trace), yang berakibat pada terbentuknya memori-memori yang tidak sempurna, yang bagi individu yang bersangkutan dirasakan sebagai “kelupaan”.
C.  Amnesia
Terjadi akibat adanya masalah di otak. Biasanya disebabkan oleh penyakit, seperti alzheimer dan sindrom korsakoff, atau cedera traumatik di otak. Alzheimer disebabkan oleh molekul protein yang melekat secara berlebihan di glumatate, yang menghambat fungsi glumatate sebagai pengaktif proses-proses memori di otak (Hoe dkk., 2006). Sindrom korsakoff terjadi akibat dari defisiensi serius Vitamin B1. Para penderita sindrom ini seringkali tidak menyadari bahwa mereka memiliki masalah memori dan seringkali melakukan konfabulasi, yakni membentuk sendiri detail-detail yang hilang dan tidak mampu mereka ingat dari memori mereka. Amnesia retrograde adalah hilangnya memori mengenai peristiwa sebelum terjadinya cedera otak. Biasanya meliputi peristiwa-peristiwa lima sampai sepuluh menit sebelum cedera otak terjadi. Sedangkan amnesia anterograde adalah lenyapnya memori mengenai peristiwa yang terjadi setelah terjadinya cedera kepala.
D.  Decay 
Memudarnya memori seiring berlalunya waktu atau akibat jarang digunakannya memori tersebut.
E.  Interferensi
Bercampur-baurnya memori yang serupa. Terbagi atas dua, yaitu :
1. Interferensi Retroaktif, yaitu memori-memori baru menghambat pengambilan memori-memori lama
2. Interferensi Proaktif, yaitu memori-memori lama menghambat pengambilan memori-memori baru.
F. Kegagalan Pengambilan (Retrieval Failure)
Ketidakmampuan menemukan isyarat memori (memory cue) yang diperlukan bagi pengambilan memori tersebut.
G. Kelupaan Yang Disengaja (Motivated Forgetting)
Represi yang disadari terhadap memori, yang pada umumnya dilakukan seseorang untuk menghindari kenangan akan pengalaman traumatik
H.  Represi (Repression)
Tindakan mendorong pemikiran-pemikiran, memori-memori, atau perasaan-perasaan yang mengancam keluar dari kesadaran.

Memori-memori Palsu
Loftus dan Palmer (1974) menemukan bahwa memori palsu dapat dibentuk menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diarahkan untuk membentuk memori tersebut.
Mengingat
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja memori :
  1. Pemusatan perhatian kepada stimuli akan meningkatkan kecenderungan memori memasuki sistem sensorik dan memasuki short term memory.
  2. Pengulangan pemeliharaan (maintanance rehearsal) akan menjaga informasi tetap ada di dalam short term memory.
  3. Pengulangan elaboratif (elaborative rehearsal) akan mendorong informasi dari short term memory menuju long term memory.
  4. Membuat kekhasan penyandian (encoding specifity principle) agar meningkatkan potensi pengambilan memori dari long term memory dengan menyediakan isyarat (cue) yang dapat menyediakan akses menuju memori.
Teknik-teknik Mnemonik
Adalah suatu teknik yang meningkatkan penyimpanan dan pengambilan informasi dalam memori. Ada beberapa teknik, seperti :
1. Metode loci (method of loci)
Metode yang mengasosiasikan objek-objek tertentu dengan tempat-tempat tertentu. Orang menggunakan tempat-tempat dan lingkungan yang familiar dan secara mental menempatkan objek-objek tertentu di lokasi yang ditentukan dalam benak. Secara mental mengunjungi tempat tersebut, individu yang bersangkutan dapat mengingat item yang diperlukan. Lokasi (loci) tersebut dapat berupa apa saja yang menarik dan familiar bagi orang tersebut.
2. Sistem kata bergantung (peg word system)
Adalah seseorang mempelajari serangkaian kata yang bergungsi sebagai “gantungan” untuk “menggantungkan” aitem-aitem yang dihapalkan. Hal tersebut dapat dianalogikan dengan apapun yang anda inginkan. Setelah anda mempelajari daftar “gantungan”, anda “menggantungkan” aitem-aitem ke “gantungan” tersebut.
Adapula teknik-teknik verbal, seperti :
1. Metode kata kunci (key word method)
Adalah upaya yang dilakukan dan berguna dalam upaya mempelajari kosakata bahasa asing (Atkinson, 1975; Atkinson & Raugh, 1975; Raugh & Atkinson, 1975).
2. Akronim (acronym)
Adalah kata yang dibentuk berdasarkan huruf-huruf pertama dalam sebuah frase atau kumpulan-kumpulan kata. Akronim bukan hanya sekedar suatu singkatan verbal, namun seringkali digunakan untuk membantu orang mengingat informasi-informasi yang penting.
3. Akrostik (acrostic)
Adalah sebuah frase atau kata-kata dimana huruf pertama dalam kata tersebut diasosiasikan dengan kata-kata yang harus diingat.
4. Mengingat nama
Lorayne & Lucas (1974) menemukan proses mempelajari sebuah nama yang dihibingkan dengan memori terdapat tiga tahap didalamnya, yaitu :
  1. Mengingat nama itu sendiri, dan dapat dibuat frase pengganti bagi nama tersebut apabila cukup susah untuk dilafalkan
  2. Mencari karakteristik khusus di wajah
  3. Menghubungkan kata pengganti dengan karakteristik yang menonjol tersebut
Memori-memori Luar Biasa
Ada beberapa kasus memori luar biasa yang pernah terekam dalam sejarah psikologi kognitif, kasus-kasus tersebut adalah :
a. S : Luria
S.V. Shereshevskii mampu mengingat tanpa salah daftar yang berisi 30 kata yang kemudian ditingkatkan menjadi 50 dan 70 kata pada akhirnya.
b. V.P : Hunt & Love
V.P mampu mendemonstrasikan memori yang sangat ekspansif. Hunt & Love pernah mengujinya dengan memintanya membacakan cerita. Setelah enam minggu kemudian, ketika diminta ulang untuk membacakannya, V.P mampu membacakan ulang seperti layaknya verbatim. Kata per kata yang dia ucapkan sama persis seperti saat pertama kali ia membacakan cerita tersebut.
c. E. : Sebuah Kasus Memori Fotografik
Elizabeth adalah seorang seniman yang sangat cerdas dan terampil, yang mengajar di Harvard. Ia mampu memproyeksikan secara mental suatu ingatan tentang suatu gambar menjadi lukisan yang persis seperti aslinya. Lukisan yang dibuatnya seolah-olah menyerupai duplikat objek yang asli, dan Elizabeth mampu mendeskripsikan visualisasi tersebut secara mendetail. Kemampuan tersebut disebut dengan pencitraan eidetik (eidetic imagery). 

sumber:

Solso, R.L, Maclin, Otto H, Maclin, M.Kimberly. (2008). Psikologi Kognitif (8th ed). Jakarta: Erlangga.

Terminasi Hubungan Konseling

Terminasi mengacu pada keputusan untuk menghentikan konseling. Keputusan dapat dibuat sepihak atau bersama. Terlepas dari banyak bahasan m...