Jumat, 29 Desember 2017

Model-Model Memori Ganda

James
Model memori ganda (dualistic model of memory) berkembang pada tahun 1800-an ketika William James membedakan immediate memory (memori langsung/primer) dan indirect memory (memori tak langsung/sekunder). James mengatakan bahwa memori primer, yang mirip (namun tidak identik) dengan short–term memory (STM), tidak pernah meninggalkan kesadaran dan dapat menyediakan “tayangan” peristiwa-peristiwa yang telah dialami. Memori sekunder atau long term memory (LTM) didefinisikan sebagai jalur-jalur yang “terpahat” dalam jaringan otak manusia. Bagi James, memori memiliki sifat dualistik, yaitu transitoris (sebagai perantara) dan permanen. Hal ini kemudian dibuktikan dengan studi dari Waugh dan Norman (1965), yang menggambarkan sebuah item memasuki memori primer dan disimpan (melalui latihan dan pengulangan atau rehearsal) ke memori sekunder atau dilupakan.
Suatu efek awal dan akhir (primacy and recency) dalam item-item sejajar yang diasosiasikan (paired associates) ditemukan oleh Mary Calkins. Ketika seseorang mempelajari serangkaian item dan kemudian mencoba mengingat item-item tersebut tanpa harus menyebutkannya secara urut dari depan ke belakang, efek primacy and recency pun muncul. Item-item yang berada di awal (primacy) dan akhir (recency) rangkaian adalah yang paling diingat. Disamping itu terdapat pula efek von Restorff, yaitu bila ditengah rangkaian terdapat item yang unik, maka item tersebut cenderung diingat. Kapasitas penyimpanan (storage capacity) STM dapat dilacak dengan mengenali batas saat kurva yang menandai timbulnya efek akhir mulai muncul. Jumlah item dalam rentang efek akhir jarang melampaui delapan item, sehingga memunculkan hipotesis bahwa STM memiliki kapasitas terbatas.
Waugh dan Norman
       Model Waugh dan Norman (1965) memberikan kontribusi dengan memperkenalkan metafor “kotak-kotak di kepala” (boxes in the head) yang menggambarkan memori sebagai suatu diagram flow-chart. Keduanya mengembangkan model James dengan mengkuantifikasikan karakteristik memori primer. Waugh dan Norman memiliki minat untuk mempelajari apa yang terjadi pada item-item dalam STM yang tidak diingat. Kapasitas penyimpanan STM sangat terbatas, sehingga item-item akan memudar dan menghilang (decay) dari memori, atau memori tersebut dihambat (interference) oleh informasi baru saat ruang penyimpanan telah penuh. Tingkat kecepatan kelupaan (rate of forgetting) dalam penyajian item selama empat detik dan satu detik adalah sama. Hal tersebut mengindikasikan bahwa interferensi adalah faktor yang lebih berpengaruh dibandingkan decay.
Atkinson dan Shiffrin
       Atkinson dan Shiffrin (1968) meminjam konsep dualistic memori dari Waugh dan Norman, namun merumuskan adanya lebih banyak subsistem dalam STM dan LTM. Dalam model Atkinson dan Shiffrin, memori memiliki tiga area penyimpanan: (1) register sensorik, (2) penyimpanan jangka pendek, dan (3) penyimpanan jangka panjang. Mereka menggunakan istilah memori sebagai data-data yang disimpan, sedangkan penyimpanan (store) mengacu pada komponen structural yang berisi informasi. Dalam model Atkinson dan Shiffrin, informasi dalam STM storage dapat ditransfer ke LTM storage, sedangkan informasi lain dipertahankan selama beberapa menit dalam STM storage namun tidak pernah memasuki LTM storage. STM storage dipandang sebagai suatu sistem kerja yang didalamnya informasi yang masuk akan memudar dan menghilang dengan cepat. Informasi yang disimpan dalam STM storage dapat berupa suatu bentuk yang berbeda dengan wujud asli informasi tersebut (misalnya, sebuah kata yang dibaca oleh sistem visual akan diubah dan dipresentasikan dalam memori secara auditorik).
Sumber:

Solso, R.L, Maclin, Otto H, Maclin, M.Kimberly. (2008). Psikologi Kognitif (8th ed). Jakarta: Erlangga

Rabu, 27 Desember 2017

Long Term Memory

Manusia memerlukan memori untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu manusia membutuhkan memori jangka panjang yaitu Long Term Memory. Namun Long Term Memory (LTM) tidak terjadi begitu saja. LTM harus “ditarik” kedalam Short Term Memory (STM) agar dapat digabungkan dengan informasi dalam STM dan digunakan untuk memahami aliran informasi yang kita terima saat ini. LTM memiliki karakteristik yang beragam dari mulai penyandian, abstraksi informasi, struktur, kapasitas, dan permanensinya.
Lokalisasi dan Distribusi LTM
Studi-studi masa kini yang mempelajari memori dalam kaitannya dengan neurosains kognitif cenderung bersifat terus terang (straightforward). Studi-studi tersebut melibatkan penentuan letak (plotting) fungsi-fungsi kognitif dalam topografi otak, melibatkan pelacakan jejak-jejak memori (memory traces) dan pengidentifikasian perubahan-perubahan neural di otak yang terasosiasi dengan pembentukan dan perubahan memori. Sebagian besar teknik telah digunakan dalam studi-studi tentang otak seperti teknik pencitraan otak, probing elektrik ke dalam otak, penggunaan senyawa-senyawa kimiawi atau obat-obatan yang mempengaruhi neurotransmitter disinapsis dan studi-studi patologis. Lokasi tempat memori disimpan adalah di seluruh bagian otak, meskipun juga berpusat di bagian-bagian tertentu.
Beberapa bagian otak memiliki fungsi penting dalam pembentukan memori. Bagian-bagian tersebut meliputi hipokampus dan korteks (yang berbatasan dengan hipokampus), serta thalamus. Pentingnya region tersebut ditunjukkan oleh studi-studi terhadap pasien-pasien klinis yang mengalami kerusakan pada area-area tersebut. Hipokampus sendiri bukanlah merupakan penyimpanan memori jangka panjang yang permanen. Informasi sensorik dikirimkan ke region-region otak yang spesifik misalnya informasi dari mata dan telinga dikirimkan ke korteks visual dan korteks auditorik secara berturut-turut. Jadi sekalipun model-model memori menampilkan memori sebagai kotak, kenyataannya memori tersebar di seluruh otak. Memori adalah suatu proses yang aktif yang melibatkan sejumlah besar area di otak dan sejumlah area memiliki fungsi lebih dominan dibandingkan area lain.
Kapasitas LTM
Tentunya tidak terpikirkan seberapa memori kita mampu mengingat begitu banyak hal. Apalagi membayangkan kapasitas dan durasi informasi yang tersimpan dalam LTM. Jaman modern seperti sekarang ini pasti sudah banyak orang mengetahui komputer dimana penyimpanannya sangat tidak terbatas, namun tidak bisa dibandingkan dengan otak manusia yang mampu menyimpan informasi yang mendetail dalam jangka waktu lama. Otak manusia adalah struktur yang sedemikian kecilnya. Terdapat sebuah penelitian oleh Shepard (1967) yang menunjukkan kemampuan manusia mengenali gambar setelah periode waktu yang sangat lama. Disini partisipan memiliki tugas rekognisi memori selama 3 hari, 7 hari, dan 120 hari. Dukungan lebih lanjut terhadap kapasitas LTM ditemukan oleh Standing Conezio dan Haber (1970).
Analisis teoritik tentang kepakaran
Chase dan Ericsson (1982)  menjelaskan tiga prinsip kinerja memori:
  1. Mnemonic encoding principle (prinsip penyandian mnemonic) 
Menyatakan bahwa menyandikan informasi berdasarkan basis pengetahuan luas yang dimiliki.  
  1. Retrieval structure principle (prinsip struktur pengambilan informasi) 
Pengetahuan tentang suatu objek digunakan untuk mengembangkan mekanisme yang sangat terspesialisasi dan abstrak yang secara sistematik menyandikan dan mengembangkan pola-pola yang bermakna dari LTM.
  1. Speed-up principle (prinsip percepatan)
Menyatakan bahwa latihan akan meningkatkan kecepatan dalam mengenali dan menyandikan pola-pola. 
Salah satu unsur yang sering kali terabaikan adalah latihan (practice), yang merupakan tema yang dianalisis secara mendetail oleh Ericsson, Krampe, dan Tesch-Rӧmer (1993). Seperti kata pepatah “practice makes perfect” hal ini menunjukkan bahwa meskipun sederhana latihan tersebut, latihan yang “cerdas” dengan alokasi waktu yang teratur adalah jenis latihan yang berhubungan positif dengan kepakaran.
Durasi LTM
Sejumlah penelitian mendukung adanya memori jangka sangat panjang atau very long-term memory (VLTM). Studi ini dilakukan oleh Bahrick, Bahrick dan Wittlinger (1975). Mereka melakukan studi cross-sectional dengan memberikan tugas isyarat-gambar (picture-cueing task) dalam tugas itu para partisipan diminta mengingat nama seorang rekan mereka berdasarkan gambarnya. Data yang dihimpun Bahrick dan rekan-rekannya mendukung bahwa VLTM memang ada dan bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama. Selain itu, stabilitas rekognisi memori dalam jangka waktu selama itu sungguh mengejutkan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat penyandian awal (pada saat peristiwa tersebut terjadi) dan distribusi rehearsal(pengulangan).
Dalam studi lain oleh Bahrick yang menguji memori tentang bahasa Spanyol yang dipelajari lima puluh tahun sebelumnya. Meliputi tes pemahaman bacaan, tes mengingat (recall) dan tes rekognisi terkait perbendaharaan kata (vocabulary), tata bahasa (grammar), dan idiom-idiom. Didapat hasil bahwa kemampuan berbahasa Spanyol tersebut masih tetap eksis (dan berguna) setelah 50 tahun. Memori yang “permanen tersebut” disebut Bahrick sebagai permastore dan diasumsikan bahwa memori tentang Spanyol (dan bahasa-bahasa asing lain) dapat eksis untuk jangka waktu yang lama. 
VLTM dan Psikologi Kognitif
Penelitian Conway, Cohen, dan Stanhope (1991) berjudul “On the Very Long-Term Retention of Knowledge Acquired Through Formal Education: Twelve Years of Cognitive Psychology”. Retensi nama menunjukkan penurunan yang sedikit lebih dibandingkan pengingatan (recall) dan rekognisi konsep. Data tersebut konsisten dengan eksperimen penting Bahrick dkk, yakni bahwa sebagai suatu bentuk informasi, VLTM- baik berupa memori tentang kawan-kawan masa kecil maupun berupa dikotomi STM/LTM- menurun dengan cepat pada awalnya kemudian menjadi stabil selama bertahun-tahun.
Penyimpanan LTM
Donald Hebb memberikan versi sederhana tentang LTM yang menyatakan bahwa informasi dari STM akan dikirim ke LTM apabila diulan-ulang (rehearsal) di STM dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika informasi tersebut dikombinasikan dengan memori-memori lain yang bermakna, terjadilah peningkatan memorabilitas (kemudahan memori untuk diingat).
Sandi            
Informasi disandikan secara akustik, visual, dan semantik. Ketiga jenis sandi dalam LTM tersebut dapat diilustrasikan dengan kondisi Tip of the Tongue (TOT: di ujung lidah) yakni kondisi dimana kita dapat mengingat seumlah aspek tertentu, namun melupakan identitas utama item yang bersangkutan.
Level Pemrosesan
Diasumsikan bahwa otak menggunakan cara heuristik terhadap jumlah upaya dan waktu yang dicurahkan untuk pemenuhan sasaran. Kemungkinan lain, otak mengguanakan isyarat-isyarat (cues) dari bagian-bagian lain di sistem kognitif. Penelitian Craik dan Lockhart (1972) terhadap level pemrosesan (level of processing) menyertakan gagasan umum bahwa informasi yang diterima indera harus menjalani serangkaian analisis yang diawali analisis sensorik dangkal, dan dilanjutkan analisis-analisis yang semakin dalam, rumit, abstrak dan semakin bersifat semantik. Aktivitas membaca untuk memahami intisari bacaan (gist) – yakni yang bertujuan “menangkap” poin-poin essensial – melibatkan pemrosesan dangkal yang minimal, atau “maintenance rehearsal” (semata-mata dalam memori tanpa elaborasi), namun melibatkan pemrosesan semantik yang elaboratif.
Jenis-Jenis Memori
Bower (1975, dalam Solso, Maclin, & Maclin, 2008) mengkategorikan jenis informasi umum yang disimpan dalam LTM yang disusun berdasarkan fungi adaptifnya, yaitu:
  1. Kemampuan spasial. Informasi mengenai lokasidan objek-objek penting. Pengetahuan ini memungkinkan kita untuk melakukan pergerakan atau manuver efektif di lingkungan kita.
  2. Karakteristik-karakteristik fisik dunia sekeliling kita. Informasi ini memungkinkan kita berinteraksi secara aman dengan objek-objek yang kita jumpai.
  3. Hubungan sosial. Penting untuk mengetahui siapa kawan kita, siapa kerabat kita, bahkan musuh kita.
  4. Nilai-nilai sosial. Pengetahuan mengenai apa yang dianggap penting oleh kelompok.
  5. Keterampilan-keterampilan motorik. Penggunaan alat, pemanipulasian objek.
  6. Keterampilan-keterampilan perseptual. Memungkinkan kita memahami stimuli dalam lingkungan kita, mulai dari bahasa hingga musik.
LTM dapat dibagi menjadi memori eksplisit (deklaratif) dan memori implisit (nondeklaraif). Memori eksplisit mengandalkan pengambilan (retrieval) pengalaman-pengalaman sadar dan menggunakan isyarat (cue) berupa rekognisi dan tugastugas recall. Memori eksplisit dibagi menjadi memori episodik dan semantik. Memori implisit sebaliknya diekspresikan dalam bentuk mempermudah kinerja dan tidak memerlukan rekoleksi yang sadar. Memori implisit dibagi menjadi memori prosedural dan memori emosional (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Memori Otobiografis
Adalah memori yang dimiliki individu mengenai masa lalunya. Memori ini berisi informasi mengenai emosi, deskripsi diri, peristiwa-peristiwa khusus, dan sejarah kehidupan seseorang yang bersangkutan (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Mengetahui Apa (What) dan Mengetahui Bahwa (That)
Pengetahuan deklaratif bersifat eksplisit dan melibatkan fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa, sementara pengetahuan preosedural bersifat implisit dan diakses melalui kinerja (performance). Untuk menguji pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural digunakan eksperimen priming dan eksperimen rekognisi. Dalam tes priming, partisipan mendapatkan isyarat yang umumnya berupa kata yang berhubungan dengan sasaran, atau kata yang berhubungan. Priming diasumsikan melibatkan pengetahuan prosedural karena respons bersifat implisit dan terdapat lebih banyak atau lebih sedikit aktivasi otomatis pada jalur-jalur neuron yang sudah ada (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Memori Episodik dan Memori Semantik
Memori episodik menurut Tulving adalah sistem memori neurokognitif yang memungkinkan seseorang mengingat peristiwa-peristiwa pada masa lalunya. Artinya memori-memori mengenai pengalaman-pengalaman khusus akan membentuk memori-memori episodik yang disimpan sebagai “referensi otobiografis”. Memori ini sangat rentan terhadap perubahan dan kelupaan, namun memegang peranan penting sebagai dasar pengenalan terhadap peristiwa-peristiwa yang telah kita jumpai pada masa lalu. Memori semantik adalah memori mengenai kata, konsep, peraturan, dan ide-ide abstrak. Memori ini penting bagi penggunaan bahasa (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Informasi dalam memori episodik lenyap  dengan cepat seiring masuknya informasi baru secara konstan. Memori episodik diaktifkan lebih sering, sedangkan memori semantik tidak diaktifkan sesering memori episodik dan kondisinya relatif stabil seiring berjalannya waktu. Menurut Tulving, memori prosedural, memori semantik, dan memori episodik adalah sistem memori yang paling baik untuk menggambarkan kompleksitas dan adaptabilitas pada manusia (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Dukungan Neurosains Kognitif
Terdapat tiga area otak yang terlibat secara langsung dalam proses memori, yaitu korteks yang merupakan permukaan luar otak yang terlibat dalam aktivitas kognisi tingkat tinggi seperti berpikir, pemecahan masalah dan meningat; serebelum, yakni struktur berbentuk kubis di dasar otak yang terlibat dalam pengendalian fungsi-fungsi motorik dan memori motorik; hipokampus, yakni struktur berbentuk S yang terletak jauh di dalam kedua hemisfer serebral dan berfungsi memproses informasi baru dan mentransfer informasi tersebut ke bagian-bagian korteks untuk disimpan secara permanen (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).
Ketiga aktivitas otak di atas berhubungan dengan dua jenis memori, yakni memori prosedural dan memori deklaratif. Memori prosedural berkaitan dengan keterampilan motorik seperti menulis, mengetik, dan mengendarai sepeda (masih berupa asumsi); memori ini tersimpan di serebelum. Memori deklaratif terdiri dari informasi dan pengetahuan mengenai dunia ini dan sejumlah besar informasi lain; memori ini tersimpan di korteks serebral. Informasi-informasi sensorik dikirim ke korteks sesegera mungkin dan dalam perjalanannya terbentuk jalur-jalur temporer di antara neuron-neuron yang hanya bertahan dalam jangka waktu singkat namun cukup lama untuk melakukan tindakan sederhana. Agar impresi-impresi sementara tersebut menjadi permanen diperlukan proses yang disebut long term potentiation (LTP; potensi jangka panjang). LTP terjadi ketika sel-sel saraf dipaparkan pada stimulus yang diulang dengan cepat, sehingga meningkatkan tendensi respons sel-sel untuk jangka waktu yang lebih lama (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).

sumber:

Solso, R.L, Maclin, Otto H, Maclin, M.Kimberly. (2008). Psikologi Kognitif (8th ed). Jakarta: Erlangga.

Selasa, 26 Desember 2017

Short Term Memory

Karakteristik pada STM yaitu kapasitas penyimpanan dan pemrosesan yang terbatas, juga terdapat pertukaran (trade-off) konstan antara kapasitas penyimpanan dan kemampuan pemrosesan. Llyod Peterson dan Margaret Intins-Peterson (1959) mendemonstrasikan teknik Brown-Peterson yang mengemukakan bahwa kapasitas kita untuk menyimpan informasi dalam area penyimpanan sementara bersifat sangat terbatas dan rentan terhadap memudarnya informasi dengan cepat apabila tidak memiliki kesempatan mengulang (rehearse) informasi tersebut. Sebelum penelitian Peterson, perbedaan STM dan LTM disusun berdasarkan struktur neurologis dan berdasarkan konsep psikologis. Dari eksperimen Peterson, perbedaan STM dan LTM dapat dijabarkan menggunakan data eksperimental.
Dukungan Neurosains Kognitif
Kasus H.M. yang disajikan oleh Brendan Milner (1966) adalah penderita epilepsi dan menjalani operasi pemotongan bagian lobus temporal (beserta hipokampus). Namun meskipun epilepsinya mereda, ia mengalami amnesia dan tidak mampu menyimpan informasi baru dalam LTM. Uniknya, STM-nya tidak terganggu. Memorinya menunjukkan kinerja yang bagus dalam tes-tes IQ standar.
Selain itu, terdapat kasus K.F. yang dipelajari oleh Warrington dan Shallice (1969). K.F. memiliki LTM yang berfungsi secara normal, namun kesulitan mengingat serangkaian angka (mengindikasikan adanya masalah dengan STM-nya). Hasil ini menarik karena menunjukkan fenomena disosiasi ganda (double dissociation) untuk mendemonstrasikan keberadaan dua proses yang terpisah, yaitu STM dan LTM.
Model Memori Kerja
Baddeley dan Hitch (1974) mengajukan suatu model memori kerja (working memory) yang selama sesaat menyimpan dan memanipulasi informasi selama kita melakukan kinerja kognitif. Memori kerja (working memory) didefinisikan secara konseptual sebagai suatu tipe meja kerja (workbench) yang secara konstan mengubah, mengkombinasikan, dan memperbarui informasi baru dan lama. Konsep working memory menyanggah gagasan bahwa kapasitas STM terbatas hanya pada tujuh item. Baddeley menyatakan bahwa rentang memori ditentukan oleh kecepatan kita mengulang informasi. Dalam kasus materi verbal, Baddeley mengajukan gagasan bahwa kita memiliki putaran fonologis (phonological loop) yang berisi penyimpanan fonologis dan proses artikulatoris yang membuat kita mampu mengingat informasi sebanyak yang dapat kita ulangi (rehearse) dalam durasi terbatas.
Komponen kedua dalam working memory adalah “alas sketsa visuospasial” (visuospasial sketchpad) yang berperan mengendalikan kinerja visual dan spasial. Putaran fonologis dan alas sketsa visuospasial dikendalikan oleh eksekutif sentral yag mengkoordinasi aktivitas-aktivitas terkait atensi dan memerintahkan respons. Eksekutif sentral berperan sebagai supervisor yang menentukan topik mana yang memerlukan perhatian lebih, topik yang seharusnya diabaikan, dan apa yang harus dilakukan bila sistem mengalami masalah.
Kapasitas STM
Miller (1956) menyimpulkan bahwa kapasitas STM untuk memproses informasi memiliki batas sekitar tujuh unit.
STM dan Chunking. 
Miller menyusun dalil mengenai model memori yang memuat tujuh chunk atau bongkahan unit informasi. Huruf-huruf tunggal (T, V, K, A,…) dianggap sebagai unit-unit informasi yang terpisah-pisah, namun ketika huruf tersebut membentuk suatu kata, kata tersebut dianggap sebagai satu unit informasi. Meningkatnya kapasitas penyimpanan STM dapat dicapai melalui proses chunking, yaitu mengubah huruf-huruf menjadi unit kata yang bermakna. Proses chunking merupakan proses yang penting karena menjelaskan fenomena STM yang mampu memproses sejumlah besar informasi tanpa menyebabkan “kemacetan” (bottleneck) dalam rangkaian pemrosesan informasi.
Penyandian Informasi dalam STM
a.)       Sandi Auditorik
Metode penyandian informasi yang paling dominan dalam STM adalah metode auditorik, sekalipun informasi tersebut dihasilkan dari sandi nonauditorik seperti stimulus visual. Studi dari Conrad (1963) menemukan bahwa kekeliruan yang terjadi pada STM bersumber dari kekeliruan auditorik, bukan visual. Dalam eksperimennya, Conrad menayangkan huruf-huruf yang bunyinya mirip, dan berdasarkan huruf-huruf tersebut, disusun rangkaian enam huruf. Rangkaian itu disajikan pada partisipan dalam bentuk auditorik dan visual. Diasumsikan bahwa para partisipan yang mendapatkan stimuli auditorik (mendengar huruf) akan membuat kekeliruan pada huruf yang bunyinya serupa, sedangkan partisipan yang mendapatkan stimuli visual (membaca huruf) akan membuat kekeliruan karena struktur visual huruf-huruf tersebut. Kesalahan terbesar didapatkan pada partisipan yang mendapat stimuli suara.
b.)      Sandi Visual
Posner, dkk. (1969) menemukan bahwa setidaknya dalam sebagian kecil waktu, informasi disandikan secara visual dalam STM. Dalam sebuah eksperimen, peneliti menyajikan huruf-huruf berpasangan dengan tiga mode: huruf berpasangan yang identik dalam pelafalan dan bentuk (AA, aa), huruf berpasangan yang memiliki pelafalan sama tapi bentuk yang berbeda (Aa), atau huruf berpasangan yang berbeda bentuk sekaligus pelafalan (AB, aB). Hasilnya, partisipan memerlukan waktu lebih lama untuk merespons pasangan huruf yang memiliki pelafalan yang sama namun bentuk yang berbeda (Aa) dibandingkan saat merespons AA.
c.)       Sandi Semantik
Sandi semantik adalah sandi yang berhubungan dengan makna. Eksperimen dari Delos Wickens, dkk. (1970, 1972) mengindikasikan bahwa informasi semantik dapat dipresentasikan dalam STM. Eksperimen ini berdasarkan konsep inhibisi proaktif (PI), yaitu fenomena ketika kemampuan mengingat dihambat oleh adanya hubungan semantik antara daftar yang diingat dengan daftar sebelumnya. Contohnya, ketika seorang partisipan diminta mengingat daftar kata-kata yang tergabung dalam satu kategori (misalnya buah-buahan), mungkin mereka dapat mengingat 90% isi daftar tesebut. Namun bila mereka diminta mengingat daftar kedua yang juga berisi nama-nama buah, kemampuan mereka hanya menjadi 30%. Ketika partisipan diminta menghafalkan daftar yang berisi item yang tidak berhubungan secara semantik dengan daftar sebelumnya, kemampuan mengingat meningkat dengan drastis. Fenomena ini disebut sebagai suatu pelepasan dari PI.
Pengambilan Informasi dari STM
Teknik eksperimental yang dikembangkan oleh Saul Sternberg (1966, 1967, 1969) melibatkan sebuah tugas pemindaian serial (serial scanning task) dimana partisipan mendapatkan serangkaian item stimuli, misalnya angka, dengan jeda 1,2 detik setiap item. Kemudian dimunculkan sebuah angka yang ada (atau tidak ada) dalam daftar sebelumnya. Tugas partisipan adalah membandingkan angka tersebut dengan daftar yang telah diingat dan menjawab apakah angka tersebut memang ada di daftar atau tidak. Pencarian ini dapat berhenti dengan sendirinya (self-terminating) ketika telah menemukan angka tersebut dan memberikan jawaban. Sebaliknya, mungkin partisipan melakukan pencarian menyeluruh terhadap daftar di memori sebelum melaporkan jawabannya. Dengan demikian, waktu reaksi mencerminkan waktu yang diperlukan partisipan untuk melakukan pencarian angka pada daftar dalam memori, dan waktu reaksi dapat berperan sebagai dasar untuk menggambarkan struktur STM sekaligus menggambarkan hukum-hukum pengambilan informasi dari struktur tersebut.

Sumber:

Solso, R.L, Maclin, Otto H, Maclin, M.Kimberly. (2008). Psikologi Kognitif (8th ed). Jakarta: Erlangga.

Presentation Skill

Kita mengetahui betapa pentingnya memiliki skill, salah satunya presentation skill. Perlunya cara melakukan presentasi yang baik patut dipertimbangkan. Presentasi adalah menyajikan sesuatu, seperti ide, pemikiran, atau usulan kepada sekelompok orang secara lisan. Misalnya, mahasiswa mempresentasikan usulan penelitian, sales mempresentasikan produk, guru menyajikan pelajaran, dosen menyampaikan materi kuliah, dan sejenisnya. Presentasi sendiri merupakan cara yang paling mahal dalam menjelaskan suatu hal. Seseorang harus mengorbankan waktu untuk memikirkannya, membuatnya semenarik mungkin, lalu hal yang tidak bisa dikesampingkan adalah komitmen dalam membuatnya. Selain itu terdapat indikator dari presentasi yang baik dan sukses, yaitu:
  1. The Audience (Penonton)
  2. The Content of The Presentation (Bahan Presentasi)
  3. The Presenter (Orang Yang Mempresentasikan. 
Ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar mendapatkan presentasi yang baik. antara lain:

A. Nervous and Body Language
Gejala gugup yang dapat dilihat dan dirasakan diantaranya muncul keringan dingin, tangan berkeringat, jantung berdetak lebih kencang, perut terasa mulas, terkadang hingga muncul perasaan mual. Gugup dan gelisah merupakan hal yang wajar, namun akan menjadi sangat menganggu ketika hal tersebut menurunkan performa kita saat melakukan presentasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengontrol perasaan gugup saat presentasi :
  1. Pastikan semua peralatan yang dipergunakan untuk presentasi telah berfungsi dengan baik, dengan memeriksanya sebelum audience tiba.
  2. Berikan ruang gerak yang leluasa untuk diri sendiri.
  3. Bernafas secara perlahan dan tenang.
  4. Jangan mulai berbicara ketika sedang berjalan, berhentilah sebentar lalu mulai bicara.
  5. Genggamlah pensil atau bolpoin saat mulai merasa gugup.
  6. Sebisa mungkin sediakan minuman agar kita dapat minum sebelum presentasi dilakukan untuk mengurangi perasaan gugup.
  7. Lihat seluruh audience sebelum mulai berbicara.
  8. Ingatlah lima kalimat pertama dalam presentasi, utarakan tanpa melihat sehingga kita dapat melihat audience.
  9. Perasaan gugup akan hilang dengan sendirinya setelah kita dapat mengontrol diri.
Hal-hal yang terkait:
Kharisma
Seseorang dengan karisma biasanya dapat terlihat atau dikenali. Mereka memiliki beberapa kesamaan atau ciri – ciri khusus diantaranya yaitu:
  1. Bagaimanapun kondisi fisiknya entah memiliki badan yang pendek atau tinggi, mereka selalu terlihat tegak ketika duduk maupun berdiri.
  2. Individu yang memiliki karisma tinggi tidak segan melakukan kontak mata dengan lawan bicara.
  3. Tidak tergesa-gesa dan cenderung tenang misalnya ketika bergerak, berbicara, bernafas pelan dan tenang.
  4. Gesture – Orang dengan karisma tinggi membuat gerak tubuh ke arah atas dan ke arah luar menuju penonton, sedangkan orang yang merasa tidak aman cenderung memberi isyarat atau melakukan gerakan tubuh ke bawah dan ke dalam seolah-olah mereka menjaga diri mereka sendiri.
Manfaatkan Ruang
Berikan ruang gerak yang leluasa untuk diri kita dan buatlah diri kita terlihat. Terkadang memberikan jarak atau space penting untuk dilakukan. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga body language terlihat bagus.
Belajar Untuk Mengobservasi
Belajar untuk mengobservasi audience sangat penting dilakukan. Observasi dapat dilakukan dengan mengamati gesture audience, posisi duduk, arah pandang.
Memperhatikan Jarak
Dalam presentasi kita harus memperhatikan jarak antara kita sebagai seorang presentator dengan audience.
  • Intimate Space
  • Personal Space
  • Social Space
B. Controlling The Audience
Ada kalanya penonton mulai ricuh, dan tidak dapat dikendalikan. Terdapat dua faktor ketika penonton sudah mulai bosan dan tidak mau lagi mendengarkan presentasi anda, yaitu :
  • Faktor Internal : rasa lapar, rasa haus, masalah hati, dan rasa mengantuk
  • Faktor Eksternal : presenter dan materi presentasi membosankan dan tidak menarik di mata mereka.
Kita dapat menginformasikan kepada auedience bahwa akan dibuka sesi pertanyaan. Hal ini dilakukan untuk mencegah auedience untuk memotong atau mengitrupsi saat presentator menyampaikan materi.
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang presentator ketika menghadapi situasi tersebut :
  1. Memberi sedikit pencahayaan kemudian dengan memutarkan video berdurasi sekitar 1-10 menit. Hal ini dapat me-refresh audience.
  2. Tinggikan intonasi suara (namun tidak keras) serta sedikit mempercepat bicara dengan memberikan penekanan. Cara ini dilakukan untuk mengembalikan perhatian audience kepada presentator.
  3. Mengintruksikan kepada audience untuk berdiri dan mendatangi secara acak beberapa audiencekemudian meminta mereka untuk memperkenalkan diri.
  4. Melakukan beberapa aktivitas yang melibatkan audience, dengan melakukan ice breaking misalnya.
C. Voice and Performance Skills
Rahasia dari suara yang bagus terdapat pada bagaimana cara seseorang bernafas.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk melatih teknik pernafasan :
  1. Langkah pertama adalah merubah kebiasaan, cara ini bisa dicoba ketika kita sedang berbaring.
  2. Luruskan posisi tubuh dan relaks.
  3. Letakkan buku di dada dan di perut.
  4. Relakskan bahu dan perut,  kemudian tarik nafas dalam-dalam, dan biarkan otot perut kita kencang dan kemudian mengangkat buku tersebut.
  5. Lakukanlah hal tersebut beberapa kali, hal inilah yang disebut dengan pernafasan diafragma.
Sekarang masih dengan posisi tubuh yang relaks,  ambil nafas yang lebih dangkal, tarik uadara hingga ke bagian dada. Buku yang terletak diatas dada akan terangkat. Pernafasan inilah yang disebut dengan pernafasan atas.

The Voice Itself
Sekali kita sudah dapat menguasai teknik pernafasan dengan baik, maka kita akan mulai dengan teknik pengaturan suara itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diingat dan diperhatikan :
1. Volume
Ketika udara melewati paru-paru, dan ketika kita sedang menghembuskan nafas, ada beberapa pilihan yaitu menggunakan kotak suara untuk menghasilkan suara, atau hanya membiarkan udara melewati paru-paru dan kotak suara.
2. Pitch
Tinggi-rendah suara seseorang dipengaruhi oleh struktur tubuh seseorang, warna nada dan tinggi rendahnya suara yang biasa didengar dari usia kanak-kanak, ataupun karena faktor role model yang dikagumi, bisa juga dipengaruhi oleh dialek dari daerah kelahirannya masing-masing.
3. Resonansi
Jika seseorang dapat bernafas dengan cara yang benar dan dapat berdiri dengan tegak dan benar, kemudian hal tersebut akan membuat suara seseorang menjadi lebih menggema
4. Artikulasi
Dengan artikulasi yang tidak jelas, akan membuat pendengar menjadi kurang yakin dan kurang percaya akan apa yang dikatakan oleh seseorang tersebut. Kunci dari pengucapan dengan artikulasi yang baik terletak pada bagaimana seseorang menggunakan bibir, lidah dan giginya

Senin, 25 Desember 2017

Psikolog

Banyak orang awam yang masih salah kaprah mengenai psikolog dan psikiater. Menganggap keduanya sama karena menyangkut masalah kejiwaan. Sebenarnya apa yang membedakan kedua profesi tersebut, berikut akan saya sajikan tabelnya agar lebih sederhana.

Psikolog
Psikiater
Tidak boleh memberikan obat
Boleh memberikan terapi obat-obatan (farmakoterapi)
Psikolog adalah sarjana psikologi yang telah mengikuti program akademik strata satu (sarjana psikologi) dan program profesi sebagai psikolog.
Psikiater adalah dokter spesialis yang telah menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu (sarjana kedokteran), pendidikan profesi sebagai dokter dan pendidikan spesialisasi kedokteran jiwa.
Psikolog lebih fokus pada aspek sosialnya, seperti memberikan penanganan berupa terapi psikologi (psikoterapi).
Psikiater berkecimpung pada penanganan secara klinis.

Namun dalam pelaksanaannya, baik psikolog maupun Psikiater dapat saling bekerja sama. Psikolog dapat mereferensikan kliennya untuk berkonsultasi pada psikiater atau ahli lainnya bila dirasa ada hal yang perlu ditangani lebih lanjut, maupun sebaliknya. Hal ini tergantung pada kasus atau permasalahan yang dihadapi klien dan tergantung pada aspek mana yang perlu ditangani terlebih dahulu. 
Permasalahan yang umumnya ditangani oleh psikolog maupun psikiater adalah masalah-masalah seputar penyimpangan perilaku misalnya kenakalan remaja, phobia sekolah, masalah kecemasan, konflik keluarga, krisis percaya diri, hingga masalah gangguan halusinasi, schizophrenia, dan lainnya.
Disiplin dari ilmu psikologi memiliki berbagai macam area dan spesialisasi. Psikolog yang mengkhususkan diri dalam bidang tertentu sering bekerja dalam bentuk kombinasi lingkungan kerja. The Australian Psychological Society (2004) mengidentifikasikan menurut area spesialisasi dari psukologi.
 Academic psychologist melakukan penelitian pada bidang minat dalam psikologi. Sering menggabungkan penelitian dengan tugas mengajar (biasanya dalam universitas) dan pengawasan siswa melakukan studi pascasarjana dalam psikologi (Carter & Grivas, 2005).
 Clinical neuropsychologist spesialis dalam assessment  dan diagnosis pada kerusakan otak dan bagaimana itu mempengaruhi pemikiran, emosi, perilaku, dan kepribadian. Juga termasuk dengan rehabilitasi dan menejemen pada orang-orang dengan kerusakan otak, mereka juga sering bekerja dengan tim lain atau profesional kesehatan seperto dokter, perawat, fisiotherapis, ahli terapi, dan speech pathologist, dan dalam merancang dan melaksanakan program-program khusus untuk membantu orang mengatasi ketidakmampuan mereka.
 Clinical psychologist spesialis dalam assessment, diagnosis, penyakit mental, perawatan pada penyakit mental dan problem psikologis. Biasanya berlokasi di rumah sakit, universitas, praktek medis umum, pusat komunitas kesehatan dan praktek pribadi, mereka sering bekerja dengan praktisi medis umum, psikiatris, dan profesional kesehatan lain.
 Community psychologist, terutama berkaitan dengan isu-isu masyarakat dan membantu orang untuk mencapai tujuan mereka di berbagai bidang seperti kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Mungkin juga bekerja sama dengan orang-orang dalam mendirikan proyek-proyek komunitas tertentu yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengatasi masalah sosial seperti kerugian tunawisma dan sosial, mental atau fisik.
 Counseling Psychology membantu orang dari berbagai usia dan latar belakang secara efektif berurusan dengan berbagai macam pribadi dan masalah hubungan dan isu yang menjadi perhatian. Secara umum, masalah yang ditujukan untuk konseling masalah ditangani oleh psikolog konseling kurang serius (misalnya tidak mengancam jiwa) dibandingkan ditangani oleh seorang psikolog klinis. sering bekerja di pendidikan atau kejuruan pengaturan, atau layanan kesehatan dan kesejahteraan atau praktek swasta.
 Educational and developmental psychology memberikan dugaan, intervensi, dan pelayanan konseling yang relevan dengan pengelolaan perkembangan dan isu pendidikan seluruh jangka hidup. pekerjaan mungkin melibatkan menilai anak-anak dengan kesulitan belajar dan merekomendasikan dukungan khusus, menasihati orang tua dan guru tentang program spesifik pengajaran dan perilaku manajemen, membantu dengan perencanaan karir, dan membantu orang menyesuaikan diri dengan perubahan hidup.
 Forensic psychology mengaplikasikan pengetahuan psikologi untuk assessment, intervensi, dan riset dalam sistem yang legal dan memperbaiki pelayanan. dapat memberikan pendapat ahli ke pengadilan pada hal-hal seperti perilaku kriminal, pelecehan anak, dan sengketa hak asuh, atau mungkin bekerja dalam pengaturan forensik seperti penjara dan rumah tahanan merancang dan melaksanakan program pengobatan untuk pelanggar dan melakukan penilaian risiko dari tahanan tahanan memenuhi syarat untuk pembebasan bersyarat atau pelepasan.
 Health psychology bekerja pada promosi dan pemeliharaan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit berbasis psikologis, dan analisis dan perbaikan sistem kesehatan. dapat fokus pada promosi kesehatan, yang berkaitan dengan pencegahan penyakit, atau psikologi kesehatan klinis, yang berkaitan dengan diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi.
 Organisational psychologist membantu orang berfungsi secara efektif dalam lingkungan kerja mereka. bidang keahlian meliputi perekrutan staf, seleksi, dan ulasan. desain pekerjaan, bimbingan kejuruan, dan pengembangan karir, hubungan industrial, dan menasihati dan staf pelatihan di tempat kerja tentang praktek kerja dan isu yang menjadi perhatian yang dapat mempengaruhi kinerja seperti komunikasi, kerja tim, dan manajemen stres.
 Sport psychologist memberikan bantuan psikologis untuk membantu level elit, profesional, rekreasi dan lainnya atlet mencapai prestasi puncak dan pengembangan kesejahteraan pribadi dan penyesuaian keterampilan hidup. termasuk mempersiapkan pikiran seperti benar-benar seperti mempersiapkan tubuh. bekerja dengan atlet individu, pelatih dan tim, sering sebagai bagian dari tim terkait olahraga profesional.
 Research psychologist menggunakan keterampilan dalam statistik desain penelitian dan analisis data dalam melakukan penelitian atas nama organisasi sektor swasta atau publik yang berbeda. dapat bekerja di departemen pemerintah, organisasi pelatihan manajemen, riset pasar, media dan riset opini publik.
Namun pada masa sekarang ini profesi psikologi semakin banyak berkembang psikolog keluarga, pernikahan, komunikasi, hingga fashion. Menurut saya jangan mudah menyerah karena ilmu psikologi adalah ilmu yang luas saya teringat kata-kata Prof. Fendi “dimana ada manusia disitu ada psikologi” dengan pemahaman dasar yang kuat mengenai sejarah, definisi hingga ilmu terapannya maka akan menambah ilmu kita, sukses. Amiin.

Daftar Pustaka
Adawiyah, R. (2011, Februari Selasa). PsikologiZONE. Dipetik November Sabtu, 2014, dari Definisi, Sejarah, Hubungan Psikologi : http://psikologizone.blogspot.com/2011/02/definisi-sejarah-hubungan-psikologi.html
Apa Beda Psikolog dan Psikiater? . (t.thn.). Dipetik November Sabtu, 2014, dari Faculty Of Medicine Airlangga University: http://www.fk.unair.ac.id/news/focus/apa-beda-psikolog-dan-psikiater.html
Carter, L., & Grivas, J. (2005). Psychology for South Australia Stage 1. Milton: Jacaranda.
Icha. (2011, November). Definisi dan Sejarah Perkembangan Ilmu Psikologi . Dipetik November Sabtu, 2014, dari Psychology: http://chatifanaima.blogspot.com/2011/11/definisi-dan-sejarah-perkembangan-ilmu.html
Patonah, P. S. (2011, Februari Selasa). Pengertian, Sejarah Psikologi. Dipetik November Sabtu, 2014, dari PsikologiZONE: http://psikologizone.blogspot.com/2011/02/pengertian-sejarah-psikologi.html
Sarwono, S. W. (2012). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Weiten, W. (2011). Psychology Themes and Variation . United States of America: Wadsworth Cengage Learning.

Laboratorium Wundt, Awal Berdirinya Psikologi

Pada akhir abad ke-19 terjadilah babak baru dalam sejarah Psikologi. Pada tahun 1879, Wilhem Wundt (Jerman, 1832-1920) mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yang menandai titik awal Psikologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Sebagai tokoh Psikologi Eksperimental, Wundt memperkenalkan metode Introspeksi yang digunakan dalam eksperimen-eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut Strukturalisme karena ia mengemukakan suatu teori yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa terdiri dari elemen-elemen (Elementisme) dan ada mekanisme terpenting dalam jiwa yang menghubungkan elemen-elemen kejiwaan satu sama lainnya sehingga membentuk suatu struktur kejiwaan yang utuh yang disebut asosiasi. Oleh karena itu, Wundt juga dianggap sebagai tokoh Asosianisme.
Edward Bradford Titchener (1867-1927) mencoba menyebarluaskan ajaran-ajaran Wundt ke Amerika. Akan tetapi, orang Amerika yang terkenal praktis dan pragmatis kurang suka pada teori Wundt yang dianggap terlalu abstrak dan kurang dapat diterapkan secara langsung dalam kenyataan. Mereka kemudian membentuk aliran sendiri yang disebut Fungsionalisme dengan tokoh-tokohnya antara lain: William James (1842-1910) dan James Mc Keen Cattel (1866-1944). Aliran ini lebih mengutamakan fungsi-fungsi jiwa dari pada mempelajari strukturnya. Ditemukannya teknik evaluasi psikologi (sekarang psikotest) oleh Cattel merupakan bukti betapa pragmatisnya orang-orang Amerika. Meskipun sudah menekankan pragmatisme, namun aliran Fungsionalisme masih dianggap terlalu abstrak bagi segolongan sarjana Amerika. Mereka menghendaki agar Psikologi hanya mempelajari hal-hal yang benar-benar objektif saja. Mereka hanya mau mengakui tingkah laku yang nyata (dapat dilihat dan diukur) sebagai objek Psikologi (Behaviorisme). Pelopornya adalah John Broades Watson (1878-1958) yang kemudian dikembangkan oleh Edward Chase Tolman (1886-1959) dan B.F. Skinner (1904). Selain di Amerika, di Jerman sendiri ajaran Wundt mulai mendapat kritik dan koreksi-koreksi. Salah satunya dari Oswald Kulpe (1862-1915), salah seorang muridnya yang kurang puas dengan ajaran Wundt dan kemudian mendirikan alirannya sendiri di Wurzburg. Aliran Wurzburg menolak anggapan Wundt bahwa berpikir itu selalu berupa image (bayangan dalam alam pikiran). Kulpe berpendapat, pada tingkat berpikir yang lebih tinggi apa yang dipikirkan itu tidak lagi berupa image, tapi ada pikiran yang tak terbayangkan (imageless thought).
Di Eropa muncul juga reaksi terhadap Wundt dari aliran Gestalt. Aliran Gestalt menolak ajaran elementisme Wundt dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan (khususnya persepsi, yang banyak diteliti aliran ini) haruslah dilihat sebagai suatu keseluruhan yang utuh (suatu gestalt) yang tidak terpecah dalam bagian-bagian. Diantara tokohnya adalah Max Wertheimer (1880-1943), Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1887-1967). Di Leipzig, pada tahun 1924 Krueger memperkenalkan istilah Ganzheit (berasal dari kata da Ganze yang berarti keseluruhan). Meskipun istilah Ganzheit masih dianggap sama dengan istilah Gestalt dan aliran ini sering tidak dianggap sebagai aliran tersendiri, namun menurut tokohnya, Krueger, Ganzheit tidak sama dengan Gestalt dan merupakan perkembangan dari psikologi Gestalt. Ia berpendapat bahwa psikologi Gestalt terlalu menitikberatkan kepada masalah persepsi objek, padahal yang terpenting adalah penghayatan secara menyeluruh terhadap ruang dan waktu, bukan persepsi saja atau totalitas objek-objek saja.
Perkembangan lebih lanjut dari psikologi Gestalt adalah munculnya “Teori Medan (Field Theory)” dari Kurt Lewin (1890-1947). Mulanya Lewin tertarik pada faham Gestalt, tetapi kemudian ia mengeritiknya karena dianggap tidak adekuat. Namun demikian, berkat Lerwin, sebagai perkembangan lebih lanjut di Amerika Serikat lahir aliran “Psikologi Kognitif” yang merupakan perpaduan antara aliran Behaviorisme yang tahun 1940-an sudah ada di Amerika dengan aliran Gestalt yang dibawa oleh Lewin. Aliran psikologi Kognitif sangat menitikberatkan proses-proses sentral (seperti sikap, ide, dan harapan) dalam mewujudkan tingkah laku. Secara khusus, hal-hal yang terjadi dalam alam kesadaran (kognisi) dipelajari oleh aliran ini sehingga besar pengaruhnya terutama dalam mempelajari hubungan antar manusia (Psikologi Sosial). Diantara tokohnya adalah F. Heider dan L. Fertinger.
Akhirnya, lahirnya aliran Psikoanalisa yang besar pengaruhnya dalam perkembangan psikologi hingga sekarang, perlu mendapat perhatian khusus. Meskipun peranan beberapa dokter ahli jiwa (psikiater), seperti Jean Martin Charcot (1825-1893) dan Pierre Janet 1859-1947) tidak kurang pentingnya dalam menumbuhkan aliran ini, namun Sigmund Freud  (1856-1939) yang dianggap sebagai tokoh utama yang melahirkan Psikoanalisa. Karena Psikoanalisa tidak hanya berusaha menjelaskan segala sesuatu yang tampak dari luar saja, tetapi secara khusus berusaha menerangkan apa yang terjadi di dalam atau di bawah kesadaran manusia, maka Psikoanalisa dikenal juga sebagai “Psikologi Dalam (Depth Psychology)”.

Minggu, 24 Desember 2017

Sejarah dan Definisi Psikologi

Kata Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa. Pendekatan dan orientasi filsafat Masa Yunani  terarah pada eksplorasi alam dan observasi empiris yang ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan matematika, meletakkan dasar ciri natural sains pada psikologi yaitu objektif, eksperimen, observasi, dan aktivitas nyata dari organisme hidup. Pertanyaan utama selalu berulang:
“Mengapa kita berperilaku seperti yang kita lakukan? Mengapa kita mampu menghasilkan penjelasan yang masuk akal dari beberapa tindakan tapi bukan dari orang lain? Mengapa kita memiliki suasana hati yang berubah? Mengapa kita tampaknya tahu apa yang kita ketahui?”, dari pertanyaan itu banyak sekali dari filsuf hingga ahli kedokteran mencoba menggali lebih lanjut mengenai apa itu psikologi, mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan berbagai teori dan eksperimen hingga menghasilkan banyak sekali definisi mengenai psikologi.
Sebelum berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan pada tahun 1879, psikologi (atau tepatnya gejala-gejala kejiwaan) dipelajari oleh filsafat dan ilmu faal. Filsafat sudah mempelajari gejala-gejala kejiwaan sejak 500-600 tahun SM, yaitu melalui filsuf-filsuf Yunani Kuno. Diantara para filsuf itu adalah Thales (624-548 SM) yang dianggap sebagai Bapak Filsafat. Beliau mengartikan jiwa sebagai sesuatu yang supernatural. Anaximander (611-546 SM) yang berpendapat bahwa segala sesuatau berasal dari apeiron artinya tak terbatas, tak berbentuk, tak bisa mati (the boundless, formless, immortal matter), yaitu seperti konsep tentang Tuhan di zaman sekarang. Anaximenes (490-430 SM) percaya bahwa jiwa itu ada karena segala sesuatu berasal dari udara. Empedokles (490-430 SM) menyatakan bahwa ada empat elemen dasar alam, yaitu bumi/tanah, udara, api, dan air, sedangkan manusia bisa dianalogikan sama, yakni tulang/otot/usus (dari bumi/tanah), fungsi hidup (dari udara), rasio (dari api), dan cairan tubuh (dari air). Hipokrates (460-375 SM) dikenal sebagai bapak Ilmu Kedokteran berpendapat bahwa jiwa manusia digolongkan kedalam empat tipe sanguine (riang), melankolis (murung), kolerik (cepat bereaksi), flegmatis (lamban).
Dari tiga serangkai yang terkenal diantaranya Sokrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates memperkenalkan teknik maeutics, yaitu wawancara untuk memancing keluar pikiran-pikiran seseorang. Plato berteori bahwa jiwa manusia mulai masuk ke tubuh sejak manusia ada dalam kandungan, dan mempunyai tiga fungsi yaitu logisticon (akal) yang berpusat dikepala, thumeticon (rasa) yang berpusat di dada, dan abdomen (kehendak) yang berpusat diperut. Aristoteles menyumbangkan pikiran yang sangat penting dalam tulisannya “The Anima”.
Pemikiran para filsuf Yunani Kuno berkembang terus sampai pada masa Renaissance, yaitu zaman revolusi ilmu pengetahuan di Eropa. Masa ini merupakan merupakan reaksi terhadap masa sebelumnya, dimana pengetahuan bersifat doktrinal di bawah pengaruh gereja dan lebih didasarkan pada iman. Reaksi ini sedemikian kuat sehingga dapat dikatakan peran nalar menggantikan peran iman, ilmu pengetahuan menggantikan tempat agama dan iman di masyarakat. Semangat pencerahan semakin tampak nyata dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat melalui menguatnya peran nalar (reason) dalam segala bidang, dikenal sebagai the age of reason. Akal budi manusia dinilai sangat tinggi dan digunakan untuk membentuk pengetahuan. Masa Rennaissance ditandai dengan bergesernya fokus pemahaman dari God-centeredness menjadi human-centerednes, dikenal dengan istilah sekularisasi atau humanity. Tulisan-tulisan filsuf terkenal seperti Plato, Aristoteles dan lain-lain dikaji untuk melihat bagaimana pola pikir penulisnya dan konteks histories waktu tulisan itu dibuat. Maka yang dicari adalah human truth dan bukan God truth. Kesimpulan akhirnya adalah penerimaan bahwa kebenaran memiliki lebih dari satu perspektif.
Selanjutnya Masa Pasca Renaisans dan Revolusi Ilmiah. Ada beberapa pandangan penting tentang manusia pada masa ini yakni pola pikir yang lebih mekanistik dalam memandang alam dan manusia. Itu berarti alam memiliki sistem, dapat diramalkan, dan tidak tunduk pada hukum-hukum spritual belaka. Manusia juga memiliki reason, kemampuan untuk berpikir logis dan dengan demikian tidak tunduk total kepada hukum spiritual dan kesetiaan semata. Beberapa teori diantaranya Teori Newton tentang gravitasi, Heliosentris Copernicus (bertentangan dengan Galileo), mind-body solution dari Descartes. Rene Descartes (1596-1650) mengemukakan bahwa manusia memiliki dimensi jiwa dan raga yang tidak dapat dipisahkan. Filsuf Perancis ini, mencetuskan definisi bahwa ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu tentang kesadaran. Ia mengemukakan mottonya yang terkenal yaitu “cogito ergo sum” (saya berpikir maka saya ada). George Barkeley (1685-1753) seorang filsuf Inggris mengemukakan pendapat bahwa yang terpenting adalah penginderaan, bukan kesadaran atau rasio. Disini dikenal Nature philosophy yakni alam diatur menurut hukum yang pasti, empirik dan dapat dibuktikan lewat eksperimen. Memahami alam harus diikuti sikap mental pengujian fakta obyektif dan eksperimental. Implikasinya adalah munculnya diskusi tentang. ‘knowledge’ yang menyebabkan perkembangan ilmu dan metode ilmiah yang maju dengan pesat. Penekanan pada fakta-fakta yang nyata daripada pemikiran yang abstrak. Ilmu-ilmu eksakta yang menggunakan pendekatan empiri menjadi semakin dominan, sesuatu yang sampai sekarang juga masih dapat dirasakan pengaruhnya. Pada masa ini ilmu fisikalah yang dikenal sebagai ‘the queen of science’, dengan munculnya fisikawan besar seperti Newton.
Era ilmu faal dimulai pasca-renaisan. Para ahli ilmu faal (fisiologi) ketika itu, khususnya para dokter mulai tertarik pada masalah-masalah kejiwaan. Khususnya dibidang fisika (ilmu alam) dan biologi, para ahli faal berpendapat bahwa jiwa erat sekali hubungannya dengan susunan syaraf dan refleks. Dimulai dengan Sir Charles Bell (1774-1842, Inggris). Setelah penemuan-penemuan itu timbullah definisi-definisi tentang psikologi yang mengaitkan psikologi dengan tingkah laku dan selanjutnya mengaitkan tingkah laku dengan refleks. Dan perkembangan definisi-definisi  itu masih berlanjut hingga sekarang. Hingga menjadikan perdebatan mengenai definisi yang terus berlanjut. Sebagian pakar ingin definisi yang lebih kongkret daripada jiwa, atau mental, sehingga mereka mendefinisikan psikologi sebagai “aktivitas mental” (John Dewey, Carr), “elemen instrospeksi/mawas diri (Titchner, Daellenbach), “Waktu reaksi” (Scripture), “Refleks” (Pavlov), atau “perilaku” (Watson).
Banyak sekali orang-orang terdahulu yang mendefinisikan psikologi. Tentu saja menarik mengikuti perdebatan tentang psikologi yang tidak terselesaikan ini. Apalagi ditambah dengan filsuf-filsuf islam seperti Abu Sina atau Avicenna (980-1037), Imam Ghazali atau Abu Hamid al-Ghazali (1058-1128).
Dari definisi-definisi para tokoh tersebut psikologi dapat didefinisikan sebagai kajian saintifik tentang tingkahlaku dan proses mental organisme. Tiga ide penting dalam definisi tersebut ialah scientific, tingkahlaku, dan proses mental. Scientific bermakna kajian yang dilakukan dan data yang dikumpulkan mengikuti prosedur yang sistematik. Walaupun kaedah scientific diikuti, ahli-ahli psikologi perlu membuat berbagai tafsiran berdasarkan temuan yang diperoleh. Ini dikarenakan subjek yang dikaji adalah hewan dan manusia, tidak seperti sesuatu sel (seperti dalam kajian biologi) atau bahan kimia (seperti dalam kajian kimia) yang secara perbandingan lebih stabil. Manakala mengkaji tingkah laku hewan atau manusia memang sukar dan perlu kerap membuat tafsiran.
Tentu saja psikologi bukanlah ilmu yang berjalan sendiri apalagi kaitannya dengan manusia. Perilaku manusia tidak hanya dipelajari oleh psikologi, tetapi juga oleh Antropologi, Kedokteran, Sosiologi, manajemen dan beberapa cabang Linguistik. Semua ini dikelompokan kedalam keluarga besar “Ilmu-Ilmu Prilaku” (Behavioral Sciences). Yang membedakan Psikologi dari ilmu-ilmu perilaku lain adalah psikologi lebih menaruh perhatian pada perilaku manusia sebagai individu, sedang antropologi, sosiologi, dan manajemen lebih pada perilaku manusia sebagai kelompok. Kedokteran memang menaruh perhatian pada perilaku individu, tetapi lebih menekan gejala-gejala fisik dan psikologi lebih pada gejala-gejala mental. Di pihak lain, Psikologi juga dipandang sebagai Ilmu Biososial karena baik aspek-aspek sosial perilaku organisme maupun aspek-aspek Fisiologis atau Biologis terjadinya prilaku mendapat perhatian yang sama besarnya. Sejak awal perkembangannya Psikologi banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain. Telah diakui bahwa psikologi berinduk kepada Filsafat, khususnya filsafat mental. Namun dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu (Beta) seperti Fisika, Kimia dan Biologi memberikan andil yang cukup besar baik dalam aspek metodologi maupun topik-topik kajian. Sulit untuk merinci pengaruh tersebut satu persatu. Berikut ini sekedar gambaran umum dari pengaruh ilmu-ilmu lain serta cabang-cabang Psikologi yang lahir dari singgungan tersebut diatas.

Daftar Pustaka
Adawiyah, R. (2011, Februari Selasa). PsikologiZONE. Dipetik November Sabtu, 2014, dari Definisi, Sejarah, Hubungan Psikologi : http://psikologizone.blogspot.com/2011/02/definisi-sejarah-hubungan-psikologi.html
Apa Beda Psikolog dan Psikiater? . (t.thn.). Dipetik November Sabtu, 2014, dari Faculty Of Medicine Airlangga University: http://www.fk.unair.ac.id/news/focus/apa-beda-psikolog-dan-psikiater.html
Carter, L., & Grivas, J. (2005). Psychology for South Australia Stage 1. Milton: Jacaranda.
Icha. (2011, November). Definisi dan Sejarah Perkembangan Ilmu Psikologi . Dipetik November Sabtu, 2014, dari Psychology: http://chatifanaima.blogspot.com/2011/11/definisi-dan-sejarah-perkembangan-ilmu.html
Patonah, P. S. (2011, Februari Selasa). Pengertian, Sejarah Psikologi. Dipetik November Sabtu, 2014, dari PsikologiZONE: http://psikologizone.blogspot.com/2011/02/pengertian-sejarah-psikologi.html
Sarwono, S. W. (2012). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Weiten, W. (2011). Psychology Themes and Variation . United States of America: Wadsworth Cengage Learning.

Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah saat dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Sifat alami manusia adalah untuk membina hubungan dengan orang lain baik dalam kelompok maupun hubungan antar individu. Pada awal pertemuan dalam kelas Psikologi Umum dilontarkan sebuah pertanyaan:  Tuliskan 3 relasi sosial yang penting bagi kehidupan diri ? Saya menuliskan: a. Keluarga b. Teman c. Lingkungan sekitar atau masyarakat. Pertanyaan ini seperti kembali merefleksikan apa yang terjadi dalam kehidupan kita sehari- hari dan dengan siapa saja kita berhubungan.
Dalam sebuah komunikasi kita harus bisa membuat hubungan yang nyaman dengan orang lain, dasar dari psikologi yang dipelajari yaitu bagaimana mempelajari teori untuk di terapkan dalam kehidupan nyata. Dalam menghadapi orang lain ada cara tersendiri salah satunya dengan mirroring yaitu saat orang berbicara kemudian mengajak mereka untuk merasa tertarik dengan menunjukkan sikap yang luwes dan mampu berrelasi jadi tidak harus menjadi bunglon cukup dengan memberikan  respon yang positif  dan hubungan timbal balik. Jangan secara langsung menilai seseorang tanpa melihat lebih dalam tentang mereka. Hubungan antara Tuhan dengan manusia merupakan pandangan yang subjektif.
Salah satu dasar untuk membangun hubungan interpersonal adalah ketertarikan dengan orang lain. Ketertarikan yang dimaksud disini adalah perasaan positif kepada orang lain. Terdapat beberapa alasan, mengapa orang bisa tertarik pada orang lain, diantaranysa: ketertarikan secara fisik, adanya kesamaan, efek timbal balik, dan cita-cita romantis.Tujuan dari membina hubungan dengan orang lain salah satunya supaya mendapatkan dukungan sosial, perasaan dimana kita mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar, baik itu dalam kelompok kecil maupun besar karena hal tersebut dapat berdampak positif pada kesehatan fisik maupun psikologisnya. Menurut Reis dan Patrick, orang akan mengidentifikasi hubungan yang menyenangkan ketika ada rasa saling peduli (caring) yaitu saat kita merasa orang lain memberikan cinta dan perhatian pada kita, saling memahami (understanding) yaitu saat orang lain memahami kita, memvalidasi (validating) saat orang lain menunjukkan penerimaannya pada kita. Sedangkan hubungan yang tidak menyenangkan sarat dengan perasaan-perasaan negatif, dan keengganan untuk memperbaiki hubungan tersebut.
Perpektif tentang perasaan cinta berhubungan dengan Passionate dan Companionate LovePassionate love adalah penyerapan lengkap yang mencakup perasaan seksual lembut dan gairah emosi yang intens. Companionate love adalah perasaan hangat, percaya, kasih sayang, dan toleran bagi orang lain yang kehidupannya terkait dengan kita.
Hubungan interpersonal tidak bisa dilepaskan dalam konteks budaya. Pada budaya-budaya yang menganut kolektivitas yang tinggi, dalam menjalin hubungan maka masih mempertimbangkan pikiran orang lain tentang hubungannya. Contohnya perjodohan, atau pendapat tentang “bibit, bobot dan bebet”. Sedangkan pada budaya individualisme tinggi, mengatakan bahwa dalam pernikahan yang penting adalah romantic love.
Menjalin hubungan pada saat ini tidak hanya identik dengan tatap muka, akan tetapi juga melalui media internet contohnya e-mail, chatting, facebook, twitter dsb. Kehadiran media ini disatu sisi menguntungkan bagi orang yang memiliki ketidaknyamanan dalam berinteraksi tatap muka, akan tetapi disisi lain juga beresiko kita berinteraksi dengan orang yang tidak dikenal.
Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Anita Taylor mengatakan bahwa komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal adalah yang paling penting. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Jalaludin Rakhmat memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: percaya, sikap suportif, sikap terbuka. Miller (1976) menyatakan bahwa memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.
Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli dari inderawi yang berasal dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal diantaranya:
  1. Komunikasi yang efektif, hubungan interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pihak yang berkepentingan terbangun dalam situasi yang komunikatif, interaktif dan menyenangkan.
  2. Ekspresi wajah, ekspresi wajah akan menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat menentukan penerimaan individu atau kelompok.
  3. Kepribadian, kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter dan perilaku.
  4. Stereotyping, individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan dengan cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh, rajin, atau malas.
  5. Kesamaan karakter personal, orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi, budaya, agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima keberadaan masing-masing.
  6. Daya tarik, dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan tindakan yang khas. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal.
  7. Ganjaran atau pujian, bila pergaulan seorang dengan orang-orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan sosial.
  8. Kompetensi, masyarakat akan cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang berpengalaman, ahli dan profesional serta mampu memberikan kontribusi secara intelektual, sikap dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Referensi
Rakhmat, J. (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Weiten, W. (2011). Psychology Themes and Variations. Las Vegas: Wandsworth Cengage Learning.

Terminasi Hubungan Konseling

Terminasi mengacu pada keputusan untuk menghentikan konseling. Keputusan dapat dibuat sepihak atau bersama. Terlepas dari banyak bahasan m...